Dalam hidup ini memang penuh rintangan dan persaingan. Tapi biarpun begitu banyak rintangan, pantang untukku menyerah. Karena aku yakin KU PASTI BISA !
Jumat, 24 Februari 2012
9 Jenis Nama Anak Setan Menurut Khalifa Umar Bin Khattab R.A
Umar al-Khattab r. a berkata, terdapat 9 jenis anak syaitan :
1. Zalituun
Duduk di pasar / kedai Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.
2. Wathiin
Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.
3. A'awan
Menghasut sultan / raja / pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Terlena dengan kedudukan / kekayaan hingga terabaikan kebajikan rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama.
4. Haffaf
Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (cth: disko, kelab mlm & tempat yg ada minuman keras).
5. Murrah
Merusakkan dan melalaikan alloh dan orang yg suka muzik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam kemewahan dan glamour dsb.
6. Masuud
Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja penyakit yg keluar dari kata-kata mulut.
7. Daasim (BERILAH SALAM SEBELUM MASUK KE RUMAH...)
Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar terjadi keruntuhan rumahtangga (suami isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan pelbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi).
8. Walahaan
Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan solat serta ibadat-ibadat kita yg lain.
9. Lakhuus
Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api / matahari
Duduk di pasar / kedai Menggoda supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.
2. Wathiin
Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap Allah.
3. A'awan
Menghasut sultan / raja / pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Terlena dengan kedudukan / kekayaan hingga terabaikan kebajikan rakyat dan tidak mau mendengar nasihat para ulama.
4. Haffaf
Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang yang berada di tempat-tempat maksiat (cth: disko, kelab mlm & tempat yg ada minuman keras).
5. Murrah
Merusakkan dan melalaikan alloh dan orang yg suka muzik sehingga lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam kemewahan dan glamour dsb.
6. Masuud
Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja penyakit yg keluar dari kata-kata mulut.
7. Daasim (BERILAH SALAM SEBELUM MASUK KE RUMAH...)
Duduk di pintu rumah kita. Jika tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar terjadi keruntuhan rumahtangga (suami isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri, isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan pelbagai bentuk kemusnahan rumah tangga lagi).
8. Walahaan
Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan solat serta ibadat-ibadat kita yg lain.
9. Lakhuus
Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api / matahari
"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih;
dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah
sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari
ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas
lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu
yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan
dan... sekecup ciuman"
(Kahlil Gibran)
Selasa, 21 Februari 2012
Computer Mediated Communication
MEMBUKA JENDELA DUNIA DENGAN COMPUTER MEDIATED COMMUNICATION
Seperti yang kita ketahui bahwa Computer-Mediated Communication (CMC) adalah istilah yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang atau lebih yang dapat saling berinteraksi melalui komputer
yang berbeda. Hal yang dimaksud di sini bukanlah bagaimana dua mesin
atau lebih dapat saling berinteraksi, namun bagaimana dua orang atau
lebih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan alat
bantu komputer melalui program aplikasi yang ada pada komputer tersebut.
Dengan ini dapat diketahui, bahwa yang diperlukan partisipan CMC dalam
menjalankan komunikasi dengan komunikannya harus melibatkan dua
komponen, yaitu computer dan jaringan internet. Sebenarnya, bukan hanya
computer dan jaringan internet saja, namun dalam computer tersebut harus
terdapat program atau aplikasi tertentu yang memungkinkan komunikator
untuk berinteraksi dengan komunikannya. Sebut saja Instant Messenger,
pada era globalisasi ini, Instant Messenger sudah semakin mendunia. Seperti yang sedang marak saat ini, Yahoo Messenger, MSN Messenger, Google Talk Messenger, ICQ, dan lain sebagainya. Hal ini membuat CMC semakin mempunyai pengaruh besar dalam membentuk komunikasi yang efektif di dunia internet. Fenomena-fenomena lain di dalam CMC juga terjadi setelah terdapat teknologi 3G, Mobile Phone, Smart Phone, Personal Digital Assistant, dll.
Dalam
memasuki era globalisasi, dimana CMC menjadi suatu gebrakan baru di
dunia teknologi komunikasi, partisipan CMC harus mempunyai keahlian
dalam menggunakan komputer, dan mengetahui tentang settingan aplikasi
dari media yang digunakan, kita ambil contoh Instant Messenger yaitu Yahoo Messenger. Dalam Yahoo Messenger, terdapat berbagai macam fitur-fitur yang berguna, seperti webcam (video camera), voice mail, yahoo talk, dan sebagainya. Minimal, para partisipan harus mengetahui bagaimana cara menggunakan fitur-fitur yang disediakan oleh Yahoo Messenger.
Hal ini dianggap sangat penting, apalagi ketika kita sedang melakukan
bisnis lintas budaya dengan orang lain. Jika kita tidak mengerti hal-hal
kecil seperti itu, maka lawan bisnis kita akan menganggap kita kurang
mempunyai kredibilitas yang baik. Hal ini akan merusak reputasi kita
sebagai seorang partisipan CMC.
Dalam CMC, kita juga harus mengenal psikologis komunikan. Ini sangat penting diketahui oleh para partisipan CMC. Kita harus mengenal efek yang ditimbulkan oleh Internet yaitu :
Antisocial behavior
Studi-studi
eksperimental memperliatkan bahwa games komputer yang mengandung
kekerasan sama bahayanya dengan kekerasan yang ditayangkan di televisi. Studi lain juga menemukan bahwa video games
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memicu anak-anak untuk
melakukan kekerasan dibandingkan dengan kekerasan di televisi maupun di
kehidupan nyata.
Internet juga membawa pornografi ke dalam rumah dan ruang kelas. Sebuah
survey akhir-akhir ini menunjukkan bahwa seperempat anak-anak berusia
10 sampai 17 tahun telah terkena terpaan yang tidak diinginkan terhadap
materi seksual di internet dan beberapa di antaranya sangat kecewa
dengan pengalamannya. Beberapa dari terpaan yang tidak diinginkan ini
datang dari berbagai situs porno yang mencoba membuat banyak orang
mengunjungi situs tersebut dengan menggunakan situs populer yang biasa
dibuka anak-anak. Studi lain tentang komputer interaktif pornografi
menemukan bahwa tidak ada efek pada sikap maupun tindakan agresif
terhadap wanita di antara laki-laki lulusan kuliah.
Computer anxiety
Penelitian
lain lebih berfokus pada penggunaan disfungsi yang terjadi pada
komputer itu sendiri, daripada kepada efek dari isinya. Computer anxiety, atau yang sering disebut dengan cyberphobia dan computerphobia, merupakan ketakukan akan komputer itu sendiri.
Phobia ini dapat mengakibatkan nausea, vertigo dan keringat dingin. Ketakutan
lain misalnya takut merusak jika menekan tombol yang salah, cemas akan
efek sosial dari komputer, dan ketakukan pada kegagalan pribadi. Phobia
ini banyak diderita oleh wanita dan orang-orang yang memiliki kemampuan
matematika yang kurang baik.
Addiction
Resiko lain dari komputer adalah internet addict,
yang dilatar belakangi oleh kemampuan media komputer dalam berinteraksi
dan merespon gerakan pengguna, baik dengan melakukan apa yang kita
inginkan, maupun tidak. Itu yang membuat sebagian orang ingin kembali
menggunakannya, menimbulkan perilaku ketagihan.
Bukti dari perilaku ini adalah bangkrutnya orang-orang dewasa karena terlalu banyak bermain interactive game
di internet. Problem ini menyebar dengan adanya kecenderungan melakukan
judi, misalnya dengan liga olahraga fantasi di internet. Para peneliti
menyarankan bahwa gejala dari internet addiction merupakan indikasi dari
formasi media habbit.
Seorang psikologis, Sherry Turkle lebih merujuk pada metafora bujukan, dibandingkan ketergantungan. Penekanannya adalah holding power
pada komputer tidak datang secara eksternal, namun lebih pada para
penggunanya, apa yang mereka pelajari tentang diri mereka melalui
kegilaannnya pada media komputer.
CMC menjadi hal yang sangat penting untuk dijadikan sebuah pengetahuan. Mengapa?
Karena terlihat dari sisi fenomenal yang terjadi dalam masyarakat,
bahwa media teknologi komputer kali ini sudah sangat marak, bahkan dapat
dilihat dari kebangkrutan PT.Pos Indonesia dikarenakan teknologi
instant sudah melewati batas dunia nyata. Hal ini menjadi penting,
karena masyarakat menganggap untuk berkomunikasi dengan dunia tidak
perlu susah dan tidak perlu lagi mahal. Hanya dengan sekejap saja, kita
dapat menggapai komunikasi yang kita inginkan dengan menggunakan CMC.
Bahasa
adalah alat yang sangat penting dalam melakukan komunikasi. Komunikasi
sangat membutuhkan bahasa untuk berinteraksi satu sama lain. Lalu
bagaimana jika kita menemukan hambatan dalam berbahasa? Banyak orang
berkata bahwa lambang komunikasi menjadi peran yang penting dalam
berinteraksi dalam CMC. Lambang komunikasi, dapat kita jadikan patokan
dalam berkomunikasi. Lambang komunikasi verbal maupun nonverbal dapat
kita lakukan. Misalnya, kita dapat menggunakan gambar-gambar yang lazim
dan dapat dimengerti, atau pun kita dapat menggunakan isyarat. Namun,
sebelum menggunakan lambang-lambang tersebut, kita harus mengenal dulu
budaya seseorang yang akan kita ajak berkomunikasi. Kita harus belajar
tentang komunikasi lintas budaya, sehingga kita mengerti bagaimana cara
berkomunikasi secara nonverbal (isyarat, dan gambar-gambar), dengan
seseorang yang akan kita ajak berkomunikasi. Pengetahuan yang minim
tentang budaya akan membuat kita mengalami miss communication. Hal ini
harus dihindari dalam komunikasi, karena efeknya sangatlah fatal.
Walaupun banyak simbol dan lambang yang dapat kita gunakan, namun bahasa
adalah lambang komunikasi verbal yang sangat efektif untuk mencapat
komunikasi yang efektif pula. Setidaknya, kita harus dapat menggunakan
bahasa inggris sebagai jembatan bahasa.
Pesan
yang tertunda, atau terhambat waktu harus dipilih dan disampaikan agar
tetap segar. Caranya, kita harus mengetahui bagaimana cara mengemas
pesan tersebut dengan baik. Pertama-tama, kita harus mengetahui,
siapakah komunikan kita. Tentu saja, kita melakukan survei dan observasi
terlebih dahulu. Karena kita berbicara tentang CMC, yaitu dengan
menggunakan media teknologi komputer, maka kita dapat mencari informasi
melalui internet tentang komunikan yang kita tuju. Kedua, setelah
mengetahui komunikan yang akan kita tuju, kita harus membuat outline
pesan yang akan kita kemas sesuai dengan segmentasi yang akan kita tuju.
Tentu saja, dalam tahap ini kita dituntut untuk memilih kata-kata yang
sesuai, dan kalimat yang baik. Terakhir, kita harus melihat segi
estetika, dimana segi estetika atau keindahan sangat diperhitungkan
dalam komunikasi. Ketiga hal ini sangat penting dalam mengemas pesan
yang segar. Keterhambatan waktu sering terjadi dalam dunia komunikasi
teknologi CMC. Maka dari itu, pesan harus selalu di olah sehingga tetap
menarik hati komunikan.
Tahap-tahap perkembangan praktisi PR
Menurut Baskin, Aronoff, dan Lattimore (1997), mengemukakan tiga tahap perkembangan Public Relations :
- Tahap Manipulasi = Public relations diposisikan segala yang mungkin yang tersedia untuk membangun pendapat umum dan tindakan yang diharapkan organisasi, sering disebut sebagai press agents. Menurut saya,tahap ini merupakan tahap yang hanya untuk mencari keuntungan semata-semata bagi praktisi public relations dikarenakan untuk mengedepankan kepentingan klien atau perusahaan dimana praktisi tersebut berada atau praktisi dibayar. Sering adanya tidak transparansi yang objektif. Praktisi sering membuat suatu opini atau membangun pendapat umum yang selalu positif meskipun realitasnya tidak sesuai dengan realitas yang ada. Tahap ini tidak memperhatikan kepentingan stakeholder yang berkaitan dengan perusahaan atau klien tersebut atau dapat disebut tidak memperhatikan nilai kebenaran, biasanya saluran yang digunakan melalui media massa.
- Tahap Informasi = Public Relations dipahami sebagai saluran informasi dari organisasi kepada publik sehingga publik memahami, simpati dan melindungi organisasi. Praktisi dalam tahap ini disebut sebagai agen publisitas. Tahap ini sebagai tahap penyebaran informasi terhadap publik tetapi dengan memperhatikan nilai kebenaran,sehingga tidak terjadi kebohongan publik dan tidak semata-semata untuk kepentingan organsiasi tersebut.
- Tahap Saling mempengaruhi dan saling pemahaman = Pada tahap ini praktisi public relations disamping menerima fungsi seperti dalam tahap informasi, juga menyediakan informasi dan memberi nasihat terhadap manajemen tentang pendapat umum dan metode yang dapat digunakan organisasi atau perusahaan dalam menciptakan kebijakan, mengambil keputusan dan mengambil tindakan yang sesuai dengan kepentingan publik.
Wrote By : Lafif Thoyibie
Peranan Public Relations
Menurut Dozier (1992), peranan praktisi PR dalam organisasi merupakan salah stau kunci penting untuk memahami fungsi public relations
dan komunikasi organisasi. Peranan praktisi public relations juga
merupakan salah satu kunci untuk mengembangan pencapaian profesional
dari praktisi public relations.
Perbedaan mendasar kedua peranan ini adalah pada kegiatan praktisi
public relations mengambil keputusan di tingkat korporat. Para Teknisi
tidak berpartispasi dalam pengambilan keputusan manajemen, sedangkan
manager terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Dozier (1995) : Praktisi yang ingin menjalankan peran manajer humas membutuhkan pengetahuan dasar untuk menjalankan peran itu. Pengetahuan tersebut dari :
Dibagi atas dua dasar kategori :
Public Relations Manager
Communication Manager Role
|
Public Relations Technican
Communication Technican Role
|
|
|
Menurut Dozier (1995) : Praktisi yang ingin menjalankan peran manajer humas membutuhkan pengetahuan dasar untuk menjalankan peran itu. Pengetahuan tersebut dari :
- Pengetahuan Strategis, berkaitan dengan kemampuan untuk mengetahui bagaimana mengelola kegiatan komunikasi secara strategis dan juga kemampuan untuk mengelola respon organisasi terhadap berbagai masalah dan kemampuan pengembangan sasaran dan tujuan untuk bagian humas.
- Pengetahuan Riset, berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian untuk segmentasi publik dan riset untuk evaluasi program.
- Pengetahuan dalam menyusun anggaran untuk kegiatan public relations.
Wrote By : Lafif Thoyibie
Kerangka Proses Perencanaan Strategis Public Relations
4 Langkah proses Public Relations
|
Langkah- Langkah Proses Perencanaan Strategis dan Garis Besar Program
|
Penelitian
Masalah dan Peluang
|
· Faktor/kekuatan dalam
· Faktor/kekuatan luar
|
2. Perencanaan dan Program
Sasaran dan Tujuan
|
3. Sasaran Program
4. Publik
· Siapa yang terlibat/terpengaruh?
· Bagiamana keterlibatan/keterpengaruhan mereka?
5. Tujuan Program – untuk publik
|
3. Bertindak dan berkomunikasi
Implementasi – Pelaksanan
|
6. Program Tindakan – untuk publik
7. Program Komunikasi – untuk publik
· Strategi pesan
· Strategi media
8. Rencana Pelaksanaan Program
· Pemberian tanggung jawab
· Penjadwalan
· Anggaran
|
4. Pengevaluasian Program
Evaluasi dan Hasil
|
9. Rencana Evaluasi
10. Umpan Balik dan Penyesuaian Program
|
Sumber : Broom & Dozier, 1990
Kontrol Kekuasaan dan Public Relations
Berdasarkan
pengalaman, sebagian praktisi yang bekerja pada sebuah organisasi
mengetahui bahwa penasihat, mereka jarang membuat keputusan strategis
akhir atau pilihan-pilihan.
Keputusan strategis akhir biasanya dibuat oleh koalisi yang dominan dan karenanya, meskipun semua faktor tersebut mungkin mempengaruhi pilhan atas model public relations strategis, teori kontrol kekuasaan dari perilaku organisasi menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam sebuah organisasi memilih tipe program public relations yang akan dilakukan dengan alasan-alasan yang hanya diketahui oleh mereka.
Pandangan tradisional dari praktisi yang bekerja pada sebuah organisasi yang melakukan pertemuan dewan agar dapat lebih mempengaruhi pembuatan keputusan hanya dapat terlaksana jika sang praktisi sangat terampil dan berpengalaman dalam manajemen lingkungan (misalnya, manajemen lingkungan bisnis), perilaku organisasional dan komunikasi.
Keputusan strategis akhir biasanya dibuat oleh koalisi yang dominan dan karenanya, meskipun semua faktor tersebut mungkin mempengaruhi pilhan atas model public relations strategis, teori kontrol kekuasaan dari perilaku organisasi menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam sebuah organisasi memilih tipe program public relations yang akan dilakukan dengan alasan-alasan yang hanya diketahui oleh mereka.
Pandangan tradisional dari praktisi yang bekerja pada sebuah organisasi yang melakukan pertemuan dewan agar dapat lebih mempengaruhi pembuatan keputusan hanya dapat terlaksana jika sang praktisi sangat terampil dan berpengalaman dalam manajemen lingkungan (misalnya, manajemen lingkungan bisnis), perilaku organisasional dan komunikasi.
Public relations dan kultur organisasional
Kultur
organisasional diciptakan oleh koalisi dominan, terutama oleh pendiri
CEO organisasi, dan manajer tidak memiliki pengaruh jika nilai-nilai dan
ideologi mereka berbeda secara substansial dari nilai-nilai dan
ideologi organisasi .
Kultur organisasional juga dipengaruhi oleh lingkungan dan kultur sosial yang lebih besar.
Kultur organisasional mempengaruhi public relations dalam jangka panjang dengan membentuk pandangan dunia terhadap public relations dan dengan demikian mempengaruhi pilihan model public relations dalam organisasi yang bersangkutan.
Meskipun model seperti itu mengidentifikasi banyak variabel penting bagi manajemen dan pengendalian komunikasi, model public relations juga menunjukkan bahwa jika kultur bersifat hierarkis, otoritarian, dan reaktif koalisi dominan biasanya akan memilih sebuah model public relations asimetris.
Selain itu , model public relations semacam ini tidak akan menolak bimbingan ahli public relations yang secara tradisional dianggap tidak memiliki kesadaran strategis yang cukup dan oleh karena itu, memiliki nilai yang terbatas.
Kultur organisasional juga dipengaruhi oleh lingkungan dan kultur sosial yang lebih besar.
Kultur organisasional mempengaruhi public relations dalam jangka panjang dengan membentuk pandangan dunia terhadap public relations dan dengan demikian mempengaruhi pilihan model public relations dalam organisasi yang bersangkutan.
Meskipun model seperti itu mengidentifikasi banyak variabel penting bagi manajemen dan pengendalian komunikasi, model public relations juga menunjukkan bahwa jika kultur bersifat hierarkis, otoritarian, dan reaktif koalisi dominan biasanya akan memilih sebuah model public relations asimetris.
Selain itu , model public relations semacam ini tidak akan menolak bimbingan ahli public relations yang secara tradisional dianggap tidak memiliki kesadaran strategis yang cukup dan oleh karena itu, memiliki nilai yang terbatas.
Ruang lingkup pekerjaan MPR (Marketing Public Relation dan CPR (Corporate Public Relation)
MPR
|
CPR
|
|
· Lobi
· Mempercepat proses prosedur perizinan
· Memperoleh dukungan-dukungan moril
· Izin-izin legal lainnya
· Masalah polusi
· Masalah Keamanan
· Masalah fasilitas-fasilitas sosial
· Keterlibatan komunitas
· Menjadi warga kota/negara yang baik
· Press release
· Press conference
· Media tour
· Interview
· Jurnalisme foto
· Moral kerja
· Citra karyawan
· Budaya perusahaan
· Filosofi perusahaan
· Media internal
· Dukungan karyawan atas produk-produk perusahaan
· Kegiatan-kegiatan karyawan
· Ketika perusahaan menurun
· Krisis yang meluas
|
Public Relations tidak sekedar murah senyum dan cantik
Banyak yang berpendapat bahwa public relations itu di analogikan
dengan tampilan cantik dan ganteng, tebar senyum, ramah tamah dalam
menjalin hubungan dengan khalayak. Padahal kenyataanya Publik Relations
itu tidak hanya relations saja, walaupun hubungan individu mempunyai
peranan lebih besar di dalam kampanye Public Relations.
Public relations juga tidak hanya menebar senyum untuk memperoleh kemenangan sendiri, atau mendekati pers agar bisa di beritakan. Tetapi Public relation mesti menggunakan strategi bagaimana perusahaan di percaya dan di sukai oleh pihak-pihak yang berhubungan mereka. Pihak-pihak ini disebut stakeholders atau juga di sebut target publik, yang terdiri pemegang saham, manajemen, karyawan, konsumen, pers, akademisi. Mereka-mereka ini akan mempengaruhi perusahaan dan pada kondisi tertentu bisa membentuk opini yang akan meningkatkan citra positif ataupun membuat citra negatif perusahaan.
Maka dari itu public relations merupakan fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi utnuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Dalam proses penerimaan publik ini, perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, konsisten dan tidak mengasingkan diri.
Jadi Public relations tidak sekedar murah senyum dan cantik dalam berpenampilan tetapi public relations mempunyai sesuatu hal yang lebih dari itu seperti telah di uraikan di atas.
Public relations juga tidak hanya menebar senyum untuk memperoleh kemenangan sendiri, atau mendekati pers agar bisa di beritakan. Tetapi Public relation mesti menggunakan strategi bagaimana perusahaan di percaya dan di sukai oleh pihak-pihak yang berhubungan mereka. Pihak-pihak ini disebut stakeholders atau juga di sebut target publik, yang terdiri pemegang saham, manajemen, karyawan, konsumen, pers, akademisi. Mereka-mereka ini akan mempengaruhi perusahaan dan pada kondisi tertentu bisa membentuk opini yang akan meningkatkan citra positif ataupun membuat citra negatif perusahaan.
Maka dari itu public relations merupakan fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi utnuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Dalam proses penerimaan publik ini, perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, konsisten dan tidak mengasingkan diri.
Jadi Public relations tidak sekedar murah senyum dan cantik dalam berpenampilan tetapi public relations mempunyai sesuatu hal yang lebih dari itu seperti telah di uraikan di atas.
Crisis Management
Menyimak pemberitaan mengenai di penjarakanya seorang ibu rumah
tangga dengan alasan pencemaran nama baik perusahaan tepatnya rumah
sakit OMNI dan si ibu adalah ibu prita. Seperti yang di tulis detik
Di lihat dari kacamata Public Relations sikap yang di lakukan oleh rumah sakit Omni bisa di bilang cenderung kurang tepat karena membentuk opini yang negatif dan membuat citra rumah sakit OMNi sebagai rumah sakit internasional yang tidak mau mendengarkan keluhan dengan lebih elegan atau kurang menanggapi justru memperburuk citra perusahaan, pendekatan secara hukum bukanlah cara terbaik sebenarnya kenapa?
Dikarenakan hal ini berkenaan dengan citra perusahaan yang bisa di lihat sekarang dengan gencarnya media masa memberitakan mengenai prita, maka terbentuk opini bukan pembelaan rumah sakit atas dokternya tapi justru menimbulkan opini bahwa rumah sakit itu kurang memperdulikan pasiennya, bagaiamana seorang ibu terpisahkan dengan anaknya yang masih menyusui , melanggar keadilan, sampai stigma bahwa tidak ada lagi hati nurani di sini, publik tidak melihat bahwa hanya pembelaan dari pihak OMNI tapi lebih melihat teraniayanya seorang ibu sebagai pasien dan masih menyusui anaknya malah di penjarakan.
Dan pada masa atau era komunikasi digital saat ini sebagimana di kemukan oleh evy lee mengenai salah satu yang mesti di jalankan oleh Public Relation yaitu mesti terbuka dan jujur maka keluhan dari prita mestinya di tanggapi dengan cara terbaik bukan cara hukum, walaupun itu tidak salah tetapi masih banyak opsi yang lebih baik untuk di lakukan dan ini sangat mempengaruhi perusahaan tentunya.
Seperti yang di sarankan oleh pak nukman lutfie dalam tulisanya Saran Untuk Manajemen RS OMNI Tangerang dimana di sarankan agar pendekatan yang di lakukan adalah pendekatan komuniaksi dan sebaiknya pihak Public Relation yang berbicara bukan kuasa hukum dari pihak rumah sakit OMNI tetapi Public Relationsnya kenapa karena kalau dari sisi kuasa hukum hanya akan berbicara benar atau salah bukan di lihat dari sudut pandang yang lain.
Di sini terlihat bagaimana managemen krisis sangat di perlukan oleh perusahaan karena tidak hanya pihak prita yang rugi dengan di masukkan penjara tapi pihak rumah sakit juga rugi dari penilain yang menjadi opini publik, juga berkenaan dengan karyawan , pasien dan semua pihak yang menjadi publik atau stakeholders perusahaan tersebut.
Peran Public relatons akan sangat di perlukan dalam mengatasi masalah seperti ini.
##############################################################
Contoh tulisan lain yang mengangkat kejadian tersebut misalkan dimuat di bloglipuan6.com
saya coba quote komentar salah satu pengunjung" Arogan sekali……. arogan, harusnya kalau memang salah minta maaf saja dan perbaiki mutu pelayanannya. Menuntut pasien malah …semua orang tahu keburukan pelayanannya. Harusnya PR nya lebih baiklah upayanya…contoh PR Singapore Airline tuh kalau ada complain ..yang complain bukan dituntut…tapi malah dikasih hadiah dan pelayanannya diperbaiki…. dasar kelakuan bangsa ini masih perlu menirulah. Kejaksaan juga ngawur….masa masalah perdata dijadikan pidana….soal sepele orang kirim surat ketemannya…..kaok jadi pidana? yang bikin jadi berita publik kan si PR nya. PR nya lah yang harus bertanggung jawab."
Quote komentar pembaca blog.tempo
"klo saya tidak salah dalam manajemen mutu terdapat istilah “bagaimana cara meletakkan kaki anda ke sepatu konsumen”, tapi nyata nya RS Omni International -yang katanya bertaraf intrntl- sepertinya mempunyai motto laen, yaitu “bagaimana cara menginjak konsumen dengan sepatu anda”.
Turut prihatin atas kejadian yang menimpa Ibu Prita n keluarga."
Yang lebih kuat lagi adanya page di facebook yang saat ini anggotanya berjumlah sampai 9.487 dengan judul say no to RS omni tangerang.
Tulisan lain yang mengulas ini seperti yang di lakukan maverick
Di lihat dari kacamata Public Relations sikap yang di lakukan oleh rumah sakit Omni bisa di bilang cenderung kurang tepat karena membentuk opini yang negatif dan membuat citra rumah sakit OMNi sebagai rumah sakit internasional yang tidak mau mendengarkan keluhan dengan lebih elegan atau kurang menanggapi justru memperburuk citra perusahaan, pendekatan secara hukum bukanlah cara terbaik sebenarnya kenapa?
Dikarenakan hal ini berkenaan dengan citra perusahaan yang bisa di lihat sekarang dengan gencarnya media masa memberitakan mengenai prita, maka terbentuk opini bukan pembelaan rumah sakit atas dokternya tapi justru menimbulkan opini bahwa rumah sakit itu kurang memperdulikan pasiennya, bagaiamana seorang ibu terpisahkan dengan anaknya yang masih menyusui , melanggar keadilan, sampai stigma bahwa tidak ada lagi hati nurani di sini, publik tidak melihat bahwa hanya pembelaan dari pihak OMNI tapi lebih melihat teraniayanya seorang ibu sebagai pasien dan masih menyusui anaknya malah di penjarakan.
Dan pada masa atau era komunikasi digital saat ini sebagimana di kemukan oleh evy lee mengenai salah satu yang mesti di jalankan oleh Public Relation yaitu mesti terbuka dan jujur maka keluhan dari prita mestinya di tanggapi dengan cara terbaik bukan cara hukum, walaupun itu tidak salah tetapi masih banyak opsi yang lebih baik untuk di lakukan dan ini sangat mempengaruhi perusahaan tentunya.
Seperti yang di sarankan oleh pak nukman lutfie dalam tulisanya Saran Untuk Manajemen RS OMNI Tangerang dimana di sarankan agar pendekatan yang di lakukan adalah pendekatan komuniaksi dan sebaiknya pihak Public Relation yang berbicara bukan kuasa hukum dari pihak rumah sakit OMNI tetapi Public Relationsnya kenapa karena kalau dari sisi kuasa hukum hanya akan berbicara benar atau salah bukan di lihat dari sudut pandang yang lain.
Di sini terlihat bagaimana managemen krisis sangat di perlukan oleh perusahaan karena tidak hanya pihak prita yang rugi dengan di masukkan penjara tapi pihak rumah sakit juga rugi dari penilain yang menjadi opini publik, juga berkenaan dengan karyawan , pasien dan semua pihak yang menjadi publik atau stakeholders perusahaan tersebut.
Peran Public relatons akan sangat di perlukan dalam mengatasi masalah seperti ini.
##############################################################
Contoh tulisan lain yang mengangkat kejadian tersebut misalkan dimuat di bloglipuan6.com
saya coba quote komentar salah satu pengunjung" Arogan sekali……. arogan, harusnya kalau memang salah minta maaf saja dan perbaiki mutu pelayanannya. Menuntut pasien malah …semua orang tahu keburukan pelayanannya. Harusnya PR nya lebih baiklah upayanya…contoh PR Singapore Airline tuh kalau ada complain ..yang complain bukan dituntut…tapi malah dikasih hadiah dan pelayanannya diperbaiki…. dasar kelakuan bangsa ini masih perlu menirulah. Kejaksaan juga ngawur….masa masalah perdata dijadikan pidana….soal sepele orang kirim surat ketemannya…..kaok jadi pidana? yang bikin jadi berita publik kan si PR nya. PR nya lah yang harus bertanggung jawab."
Quote komentar pembaca blog.tempo
"klo saya tidak salah dalam manajemen mutu terdapat istilah “bagaimana cara meletakkan kaki anda ke sepatu konsumen”, tapi nyata nya RS Omni International -yang katanya bertaraf intrntl- sepertinya mempunyai motto laen, yaitu “bagaimana cara menginjak konsumen dengan sepatu anda”.
Turut prihatin atas kejadian yang menimpa Ibu Prita n keluarga."
Yang lebih kuat lagi adanya page di facebook yang saat ini anggotanya berjumlah sampai 9.487 dengan judul say no to RS omni tangerang.
Tulisan lain yang mengulas ini seperti yang di lakukan maverick
Stakeholders
Perusahaan berdiri dan berkembang di dalam masyarakat tentunya dalam
perkembangan tersebut tidak hanya mulus dan tanpa adanya masalah dalam
keseharian berjalannya perusahaan. Terkadang timbul tekanan – tekanan
baik dari luar perusahaan ataupun dari dalam perusahaan. Tekanan ini
siftanya tidak selalu buruk, terkadang tekanan justru memberikan peluang
bagi perusahaan untuk terus berkembang dan membesarkan perusahaan.
Tugas public relation tentunya untuk
menjalin hubungan yang baik terhadap pihak – pihak yang berhubungan
dengan perusahaan melalui proses komunikasi. Siapa yang di maksud dengan
pihak – pihak tersebut? Yang di maksud di sini adalah khalayak yang
menjadi sasaran kegiatan PR dan di sebut stakeholders.
Stakeholder itu apa ya ? untuk memahami hal ini saya coba mengambil pengertian stakeholder dari buku "Rhenald Kasali Manajemen Public Relations halam 63 " sebagi berikut:
"Stakeholders adalah setiap kelompok
yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam
menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang
mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain
menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan
(pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan"
Pengertian dari wiki sebagai berikut
" a person, group, organization, or system who affects or can be affected by an organization’s actions.
Stakeholders ini secara umum bisa di
bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang di dalam perusahaan atau
di sebut internal stakehoders dan yang berada di luar perusahaan yang di
sebut external stakeholders
Stakeholders Internal
|
Stakeholders External
|
1. Pemegang saham
2. Manajemen dan Top Executive
3. Karyawan
4. Keluarga Karyawan
|
1. Komsumen
2. Penyalur
3. Pemasok
4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. Pers
|
Public dan Opini Publik dalam PR
Pengertian Publik
Secara sederhana pengertian publik secara umum adalah sekelompok individu dalam jumlah besar. Sedangkan dari beberapa pakar dapat diperoleh beberapa pengertian sebagai berikut:
Publik adalah sejumlah orang yang bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian sama terhadap suatu permasalahan sosial. (Emery Bogardus)
Publik adalah sekelompok orang yang (1) dihadapkan pada suatu permasalahan, (2) berbagi pendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, (3) terlibat dalam diskusi mengenai persoalan itu. (Herbert Blumer)
Sedangkan pengertian publik dalam publik relation secara lebih spesifik adalah
sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan public relation,- artinya, kelompok
yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi
public relation.
Publik dalam PR
Dalam public reation, terdapat dua macam publik yang menjadi sasaran kegiatannya:
Opini publik adalah pendapat umum yang menunjukkan sikap sekelompok orang terhadap suatu permasalahan. (Prof. W. Doop)
Opini publik adalah ekspresi segenap anggota suatu kelompok yang berkepentingan atas suatu masalah. (William Abig)
Dari pendapat/definisi di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa poin:
Pembentukan Opini Publik
Memang, seringkali opini publik merupakan opini dari jumah mayoritas orang. Tetapi jika opini dari mayoritas itu lemah, tidak mempunyai tujuan yang jelas, tidak berdasarkan suatu pendirian, maka opini tersebut akan lekas hilang.
Beberapa Hal Lain tentang Opini Publik
Secara sederhana pengertian publik secara umum adalah sekelompok individu dalam jumlah besar. Sedangkan dari beberapa pakar dapat diperoleh beberapa pengertian sebagai berikut:
Publik adalah sejumlah orang yang bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian sama terhadap suatu permasalahan sosial. (Emery Bogardus)
Publik adalah sekelompok orang yang (1) dihadapkan pada suatu permasalahan, (2) berbagi pendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, (3) terlibat dalam diskusi mengenai persoalan itu. (Herbert Blumer)
Sedangkan pengertian publik dalam publik relation secara lebih spesifik adalah
sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan public relation,- artinya, kelompok
yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi
public relation.
Publik dalam PR
Dalam public reation, terdapat dua macam publik yang menjadi sasaran kegiatannya:
- Publik Intern Adalah publik yang menjadi bagian dari unit usaha/badan/perusahaan/organisasi itu sendiri.
- Publik Ekstern Adalah publik yang merupakan pihak diluar perusahaan atau organisasi.
Opini publik adalah pendapat umum yang menunjukkan sikap sekelompok orang terhadap suatu permasalahan. (Prof. W. Doop)
Opini publik adalah ekspresi segenap anggota suatu kelompok yang berkepentingan atas suatu masalah. (William Abig)
Dari pendapat/definisi di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa poin:
- Opini publik adalah pendapat rata-rata kelompok tertentu atas suatu hal yang penting.
- Opini publik adalah suatu campuran yang terdiri dari berbagai macam; pikiran, kepercayaan, paham, anggapan, prasangka, dan hasrat.
- Opini publik bukanlah suatu hal yang baku dan dapat berubah-ubah.
Kejadian / informasi
V
dikaji sesuai background dan secara kelompok
(ada yang berdasar fakta, ada yang berdasarkan sentimen, prinsip, harapan, dsb)
V
Opini
Jika opini mengenai permasalahan yang diperdebatkan tadi didukung oleh sebagian besar orang dan memiliki platform yang ‘jelas’,- maka tercapailah Social Judgement _ Opini Publik
V
dikaji sesuai background dan secara kelompok
(ada yang berdasar fakta, ada yang berdasarkan sentimen, prinsip, harapan, dsb)
V
Opini
Jika opini mengenai permasalahan yang diperdebatkan tadi didukung oleh sebagian besar orang dan memiliki platform yang ‘jelas’,- maka tercapailah Social Judgement _ Opini Publik
Karakteristik dari Opini Publik
- Bukan merupakan kata sepakat.
- Pada dasarnya, opini publik tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara numerical.
- Hanya dapat berkembang di negara-negara demokratis.
Kemampuan Opini Publik
- Opini publik dapat memperkuat undang-undang atau peraturan, sebab tanpa dukungan opini publik maka perundangan akan sulit dijalankan.
- Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
- Opini publik merupakan pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial.
Pengukuran Opini Publik
Cara-cara untuk mengukur opini publik antara lain;
Cara-cara untuk mengukur opini publik antara lain;
- Pooling, -pengumpulan suara/pendapat masyarakat secara lisan maupun tertulis.
- Attitude Scales,- menetapkan berapa orang yang setuju dan yang tidak setuju mengenai sesuatu masalah.
- Interview,- wawancara yang bersifat umum dan terbuka.
- Tulisan-tulisan,- tulisan dalam surat kabar yang mengemukakan suatu pandangan atas suatu permasalahan dengan maksud memancing reaksi publik.
Memang, seringkali opini publik merupakan opini dari jumah mayoritas orang. Tetapi jika opini dari mayoritas itu lemah, tidak mempunyai tujuan yang jelas, tidak berdasarkan suatu pendirian, maka opini tersebut akan lekas hilang.
Beberapa Hal Lain tentang Opini Publik
- Opini publik sangat peka terhadap peristiwa.
- Peristiwa yang luar biasa akan dapat mengubah opini publik secara ekstrim /seketika.
- Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh pendangan dan kepentingan pribadi/golongan Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/07/public-dan-opini-publik-dalam-pr/#more-post-787
Tujuan Public Relations
Tujuan
atau biasa di sebut ( goals) merupakan sesuatu yang ingin di capai , di
tuju, diraih. Tujuan di sebut juga objective. Tujuan mengarahkan
kegiatan Public Relations , sehingga tidak melenceng atau salah sasaran.
Karena Public Relations adalah fungsi manajemen dalam melaksanakan
kegiatan komunikasi , maka pada dasaranya tujuan public relations adalah
tujuan – tujuan komunikasi. Dalam realitas praktik public relations di
perusahaan, tujuan public relations antara lain menciptakan pemahaman
publik, membangun citra korporat, membangun opini publik yang favorable
serta membentuk goodwill dan kerjasama.
- Menciptakan Pemahaman ( Mutual Understanding) antara Perusahaan dan Publiknya Tujuan kegiatan PR adalah berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan komunikasi ini di harapkan terjadi kecukupan informasi antara perusahaan dengan publiknya. Sehingga bisa mencegah kesalahan persepsi, karena kesalahpahaman akibat persepsi atau kekurangan informasi merupakan kesalahan mendasar dalam komunikasi. (seperti cerita tulisan saya dalam perjalanan kejogja yang hampir berantem).
- Membangun Citra Korporat (Corporate Image), Citra merupakan gambaran yang ada di benak publik mengenai perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut pelayananya , kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan, atau perilaku individu – individu dalam perusahaan. Dan pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung netral atau memusuhi contoh nyata adalah kasus rumah sakit omni bagaimana publik mempunyai citra yang negatif atas rumah sakit omni yang mempermasalahkan salah satu pasiennya.
- Membangun opini publik yang favorable, sikap publik terhadap perusahaan bila di ekspresikan di sebut opini publik. Jadi opini ini bisa di artikan sebagai ekspresi publik mengenai persepsi dan sikapnya terhadap perusahaan. Public Relations di tuntut untuk memelihara komunikasi persuasif yang ditujukan untuk : Menjaga opini yang mendukung, Menciptakan opini yang masih tersembunyi atau yang belum diekspresikan, Menetralkan opini yang negatif.
- Membentuk goodwill dan kerjasama, Pada tahap ini tujuan Public Relations sudah pada tindakan nyata maksudnya sudah terjalin kerja sama dalam bentuk perilaku tertentu yang mendukung keberhasilan perusahaan. Dalam tahap ini publik di harapkan mendukung program – program perusahaan. Misalkan bagaimana publik tetap loyal menggunakan brand atau produk dari perusahaan kita. Good will dan kerjasama dapat terwujud kaerna adanya inisiatif yang dilakukan berulang-ulang oelh public relations perusahaan untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan kepada publiknya. Kemudian di ikuti tindakan nyata perusahaan untuk komitmen mewujudkan kepentingan publik.
Public Relations Tools
Dalam menjalankan pekerjaannya seorang
public relations mempunyai alat – alat kegiatan (PR tools). Alat – alat
kegiatan ini bisa di sebut sebagai media public relations, antara lain
sebagai berikut:
1. Publisitas dan media relations, seperti:
1. Publisitas dan media relations, seperti:
- Press-release (menulis berita tentang perusahaan kepada media)
- Press-conference (menyampaikan informasi tentang perusahaan dengan secara langsung mengundang wartawan).
- Press-tours (mengundang wartawan untuk berkunjung ke perusahaan).
- Press-party (menjamu wartawan makan bersama).
- Pess-receptions ( mengadakan acara khusus pertemuan dengan wartawan).
- Media gathering ( mengumpulkan media dalam sebuah forum) dll.Special events
- Corporate blogging ( dengan menulis blog perusahaan untuk menjalin hubungan perusahaan dengan publiknya) hal ini masih baru di ranah public relations Indonesia, tetapi ada beberapa perusahaan yang sudah menjadi pionir awal penggunaanya dan sedang dalam kajian penulis untuk di angkat ke dalam thesis (mohon doanya agar diberikan kemudahan).
- Open house atau company visit (memberi peluang kepada publik untuk melihat mengenal lebih dekat perusahaan dengan berkunjung langsung ke perusahaan.
- Fund-raisers (kegiatan mengumpulkan dana). Contoh : beberapa stasiun televisi ramai-ramai menyediakan “dompet peduli” dengan nomor rekening tertentu bagi penonton yang ingin menyumbang dana untuk korban bencana alam.
- Trade-shows ( mengadakan pameran dagang).
- Award ceremonies (acara pemberian penghargaan). Panasonic awards ada pemilihan presenter terbaik, program terbaik dll.
- Contest (lomba-lomba), contoh: Universitas Bina Nusantara mengadakan lomba penulisan blog dengan tema corporate blog sebagai public relation tools
- Seminar (mengadakan seminar dengan tena yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, baik sebgai penyelenggara atau sebagai pembicara).
- Lobbying (melakukan negoisasi baik kepada lembaga pemerintah atau bukan , berkaitan dengan masalah- masalah yang menyangkut kepentingan perusahaan).
- Charitable contributions ( Kegiatan-kegiatan amal untuk membantu masyarakat). Semisal UbiNus memberikan bingkisan lebaran kepada masyarakat sekitar UbiNus.
- Sponshorships (menjadi sponsosr berbagai event di masyarakat)
- Letters of denial (surat klarifikasi atas sebuah informasi yang tidak benar yang di sampaikan ke media). Semisal tulisan di surat pembaca pada surat kabar yang menulis keluhan terhadap perusahaan. Untuk menjaga citra perusahaan menulis sanggahan atau bantahan terhadap tulisan tersebut pada media masa juga. Tentunya dalam penulisan menggunakan kata – kata pilihan tidak menyalahkan justru ucapan terima kasih misalkan.
Interpersonal Deception Theory
Interpersonal Deception Theory ( David Buller and Judee Burgoon)
Dalam
menjalani interaksi sosial kita dihadapi oleh berbagai macam kondisi
yang sadar atau tidak, telah melibatkan diri kita kedalam apa yang
dinamakan “Teori Penipuan Antarpribadi” oleh David Buller dan Judee
Burgoon.
Proses
menjalin hubungan, baik dengan pacar, teman, keluarga, pimpinan,
ataupun guru/dosen tidak selalu mulus dan harus pandai mensiasati agar
dapat menjaga hubungan yang telah terjalin baik sebelumnya. Contohnya
dalam teori ini jelas mengemukakan tentang “Penipuan dalam beriteraksi
Antar Pribadi”. Berikut adalah contoh – contoh kasus penipuan
antarpribadi dengan kondisi yang berbeda – beda :
Contoh 1 : Tujuan penipuan adalah untuk mengamankan wajah atau membenarkan tindakan.
Putri adalah anak rumahan yang sangat jarang sekali keluar rumah
kecuali untuk bekerja dan kuliah, diluar daripada itu Putri selalu ijin
orang tua apabila ingin keluar rumah. Putri memiliki pacar bernama Beno.
Suatu ketika sehabis pulang kuliah, putri dijemput oleh Beno tetapi
kali ini tidak langsung pulang kerumah melainkan mampir dulu ke Mall
untuk nonton film terbaru “Ayat-ayat cinta”, karena tahu pasti tidak
diijinkan apabila memberitahukan alasan sebenarnya maka putri
memberitahu kedua orang tuanya dengan alasan “Mau mampir ke Mall untuk
lihat – lihat buku di gramedia dulu”. Dan putripun bersama Beno mampir
ke Gramedia dahulu sebelum nonton Ayat-ayat cinta.
Contoh
1 (satu) tersebut adalah gambaran “Teori Penipuan Antar Pribadi” yang
berjalan dengan tetap mengatakan kejujuran tetapi tidak menceritakan
secara keseluruhan. Dalam teori penipuan antar pribadi biasa disebut Concealment (Penyembunyian).
Putri
dapat juga memberi alasan “Ada Matakuliah tambahan sehingga pulangnya
telat”. Teori penipuan yang dilakukan oleh Putri adalah Falsification (pemalsuan), jauh dari kenyataan yang sebenarnya.
Selain
itu apabila putri ingin memberikan alasan yang meyakinkan dan tidak
ingin terlihat adanya suatu penipuan atau tidak ingin terjadi kebocoran
(Pengelakan), Putri bisa saja memberikan alasan yang tegas seperti
“Pulang kuliah kali ini agak telat ya mah..daghh !”.
Contoh 2 (dua) : Tujuan penipuan adalah untuk mengamankan wajah atau membenarkan tindakan.
Citra
dan Robi saling menyukai satu sama lain, namun keduanya masih malu
untuk saling mengakui perasaan masing – masing karena baru saja kenal.
Tetapi ada saja alasan yang menjadikan mereka saling berinterkasi satu
sama lain. Suatu ketika Robi ingin meminjam Novel “Ayat-ayat cinta”
milik citra padahal Robi juga baru saja beli kemarin sore. Pada keesokan
harinya tak diduga Citra menemui Robi diruang kerjanya dan melihat ada
dua Novel “Ayat-ayat cinta” dimeja Robi, spontan Citra bertanya “Ko ada
dua novelnya, yang satu punya kamu yah…?”dengan penuh curiga. Dalam hal
ini Robi bisa saja memberi alasan berbagai macam.
Contoh
2 (dua) tersebut adalah kondisi yang membutuhkan Teori penipuan agar
Robi tidak terlihat bahwa dia hanya mencari alasan saja agar tetap bisa
berinterkasi dengan Citra sehingga bisa membuat Robi malu dimata citra .
Robi bisa saja berbohong melakukan Falsification (Pemalsuan)
dengan mengatakan “Itu bukan punyaku melainkan punya si Romi tadi dia
pamer bahwa dia juga punya novel bagus ini, eh malah tertinggal
dimejaku”.
Atau
Robi bisa saja mengatakan “Oh iya itu punyaku merasa tertarik jadi aku
beli kemarin, itu novelmu mau aku balikin, kebetulah kamunya kesini”,
dalam kondisi ini Robi masih mengatakan kejujuran tetapi tidak
keseluruhan Concealment (Penyembunyian), Robi memang baru beli
novel kemarin (tetapi tidak dijelaskan kemarin kapan), dan novel milik
Citra spontan langsung dikembalikan agar tidak terjadi kebocoran.
Terakhir
Robi dapat juga mengatakan secara tegas kepada citra “Iya, aku baru
beli di mall kemarin”, pernyataan tersebut merupakan suatu Equivocation
(Pengelakan) untuk menghindar dari penceritaan yang lebih detail.
Contoh 3 (tiga) : Tujuan Penipuan untuk menetapkan atau memelihara suatu hubungan yang baik dengan responden.
Sinta
dan Ratih adalah teman akrab satu kelas. Namun entah kenapa Ratih
sangat tidak menyukai teman sekelas mereka yang bernama Nisa, tetapi
tidak dengan Sinta. Suatu ketika Nisa curhat dengan Sinta tentang sikap
Ratih yang selama ini membuat dirinya sedih, tanpa disadari oleh mereka,
Ratih mengetahui bahwa mereka sedang berbicara serius, dan tentu saja
menimbulkan rasa penasaran Ratih terhadap apa yang mereka bicarakan. Dan
menanyakan langsung kepada Sinta. Sinta aku tadi melihatmu sedang
berbicara serius dengan Nisa, apa yang kalian bicarakan?.
Alasan
apa yang harus diberikan oleh Sinta kepada Ratih agar pertemenan dengan
Nisa maupun Ratih tidak terusik?. Pertama, Sinta dapat mengatakan
kepada Ratih secara jujur namun tidak menyeluruh, “Nisa hanya menanyakan
tentang sikapnya apakah selama ini ada yang salah sehingga membuat
dirinya merasa tidak disukai”. Kedua, Sinta mengatakan pemalsuan, “Nisa
hanya menanyakan tentang kisi – kisi ujian yang akan keluar besok, sebab
kemarin dia gak masuk”. Ketiga, Nisa berkata tegas dan berdalih “Nisa
curhat tentang dirinya aja kok!”.
Expectancy Violations Theory
Expectancy Violations Theory (by Judee Burgoon)
Source :
Contoh Kasus:
Ketika
saya sedang ditest kesigapan tubuh, kesempurnaan tubuh dalam posisi
tegak dan baris berbaris pada waktu melamar sebagai Polwan. Jarak dari
para polisi yang mengetest saya adalah 12 feet, yaitu sangat formal.
Karena
pada waktu itu, dalam berpakaian di tuntut mengenakan celana diatas
lutut 4 cm, agar terlihat bentuk kaki dalam situasi tegap. Terdapat
salah satu satu polisi menghampiri dan memperhatikan kami sampai jarak 2 feet dimana dalam EVT jarak ini adalah jarak personal. Kamipun merasa risih pada saat polisi itu menghampiri kami. Karena kami berfikir polisi tersebut sedang memanfaatkan situasi.
Setalah
polisi tersebut mendekati, salah seorang teman saya, dan mengatakan
”Posisi kamu tidak bisa lebih tegap?”, sambil memperhatikan bentuk kaki
teman saya dan ternyata bentuk kaki teman saya berbentu ”O”. Dari hal
itu, ternyata polisi tersebut tidak sedang memanfaatkan situasi ternyata
benar – benar ingin memperhatikan lebih detail kondisi fisik calon
bintara Polwan.
Teori EVT
mengatakan terdapat empat proxemics zones yaitu intimate, personal,
social dan public. Masing – masing memiliki makna tersendiri.
Intimate distance 0 – 18 inches, biasanya seperti jarak antara suami istri atau kekasih, dalam hubungan mesranya.
Personal Distance yaitu 18 inches – 4 feet, biasanya untuk teman dan keluarga. Pada
saat polisi menghampiri kami sampai berjarak 2 feet, kami merasa sangat
tidak nyaman, apabila saya tidak dalam pegetesan saya harus menjauh dan
pergi dari tempat itu.
Social Distance yaitu 4 – 12 Feet, Resmi dibanding dari personal. Seperti
pada saat melakukan test kesigapan tubuh, kesempurnaan tubuh dalam
posisi tegak dan baris berbaris, pada saat melamar Polwan.
Public Distance 12 feet and beyond, jarak ini sangat format seperti seorang pembicara dalam seminar bersama peserta seminar.
Source :
Cultural Approach to Organizations
Critical Theory of Communication Approach to Organizations (by Stanley Deetz)
Professor Stanley
deetz dari universitas Colorado mengembangkan teori komunikasi kritis
untuk mendalami kondisi kesehatan managemen keuangan perusahaan. Dia
berpendapat bahwa perusahaan telah menjadi lahan politik walaupun
kenyataanya perusahaan adalah sebuah institusi ekonomi. Selanjutanya dia
membuat kemajuan dalam teori komunikasi dalam perusahaan dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Dan akhirnya beliau memberikan
solusi bagaimana tempat kerja menjadi lebih demokratis dan produktif
melalui perubahan komunikasi.
Contoh kasus.
- Konsep Coporate colonization of everyday life
Saya
bekerja di dalam perusahaan dimana di situ saya bekerja selama 10 jam
sehari dari tahun ke tahun gaji yang saya terima tidak ada peningkatan
signifikan. Kehidupan selalu terikat dengan jam kerja yang mesti diikuti
sehari – hari dan kalau tidak di ikuti berarti melanggar rule. Setelah
sekian lama bekerja gaji yang di terima masih tetap tidak signifikan
sedangkan di level pimpinan keuntungan mereka sangat tinggi sebagai
karyawan bawahan saya mengalami ini dari sini terlihat bahwa perusahaan
telah memberlakukan kolonisasi. Dimana jam kerja yang terkadang sampai
lembur tapi hasilnya tidak berimbang.
- Strategy Overt Managerial Moves extend control
Disini
para pimpinan saya para manager mereka melakukan semua keputusan untuk
menyelesaikan masalah yang terkadang tidak memikirkan bagaimana perasaan
mereka yang terkadang bertentangan yang lebih di pentingkan adalah
tanggung jawab dan tugas mereka dalam menjalankan perusahaan.
- Consent – Willing Allegiance to Covert Control
Perusahaan
di kantor saya mengharapkan saya bekerja dengan loyalitas tinggi ,
lebih di dahulukan dari keluarga ataupun yang lain dengan begitu
perusahaan mendapatkan keuntungan tapi di pihak karyawan seperti saya
itu cukup tidak nyaman dalam kenyataan. Dan perusahaan berharap para
karyawan untuk loyalitas tinggi tapi dengan membayar lebih murah.
- Involvement – Free expression of ideas but no voice
Di
sini saya akan merasa sinis dengan keputusan yang di buat oleh pimpinan
atau manager di kantor saya karena saya merasa tidak dilibatkan dalam
mengambil keputusan. Saya melakukan keputusan yang mereka perbuat tanpa
merasakan saya terlibat di dalamnya. Dan di sini sebenarnya demokrasi di
perusahaan itu tidak terlaksana.
- Participation
Keterlibatan
saya dalam pengambilan keputusan itu akan mempengaruhi pekerjaan saya.
Karena saya merasa terlibatkan saya akan bekerja dengan bertanggun jawab
dan mengikuti semua keputusan dengan nyaman dan senang. Tapi di
perusahaan kebanyakan hal ini tidak di perhatikan mereka lebih
mementingkan keuntungan mereka tanpa melibatkan partisipasi karyawan.
- Empowerment Rooted in Values
Saya
akan berloyalitas bekerja senang dan juga nyaman dalam keseharian di
kantor atau perusahaan tempat saya bekerja. Apabila merasa fun, ada
keadilan yang di berikan management, pertanggung jawaban social, dan
juga integeritas.
Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/05/critical-theory-of-communication-approach-to-organizations/#more-post-471
Spiral of Silence Theory
Teori Spiral Keheningan ( Berdasarkan penelitian Elisabeth Noelle – Nueman)
Carol Johansen
Tiap pagi, carol johansen menghadiri acara makan pagi kaum lanjut
usia di pusat lanjut usia lokal. Sebenarnya ia bisa makan pagi di
restoran, tetapi ia pergi ke pusat tersebut karena ia menyukai teman –
temannya. Di sana ia bertemu dengan berbagai macam karakter, termasuk
Earl, seorang veteran Perang Dunia I yang menyanyikan lagu – lagu
Broadway; Nancy , seorang mantan perawat yang menceritakan banyak cerita
menarik mengenai mantan pasiennya; dan Nick, seorang penangkap lobster
yang merupakan pembaca surat kabar yang setia. Sarapan pagi ini menarik
karena percakapan mereka segera membahas mengenai artikel surat kabar
tentang memukul anak.Nick membaca artikel tersebut kepada seluruh kelompok, dan setelah ia selesai, ia mengemukakan pendapatnya mengenai topik tersebut: ” Aku setuju dengan penulis ini. Aku tek melihat sesuatu yang salah mengenai memukul anak. Coba lihat survei di surat kabar ini. Lebih dari 60 persen orang dari negara bagian ini percaya bahwa tidak masalah memukul anak, tetapi hanya 40 persen dari seluruh negara yang berfikir bahwa ini bukan masalah. Sekarang, kita sama sekali tak bisa memukul anak. Mereka akan menuntutmu, atau akan ada seorang pekerja sosial yang datang ke rumahmu dan mengambil anakmu. Ini tidak benar.”
“Aku setuju,” kata Nancy. “Kalau saja kalian tahu anak tetanggaku yang berusia hampir 8 tahun, ia anak yang sangat-sangat bandel. Tetapi ibunya sama sekali tak mau menyentuhnya! Aku tak mengerti. Kalau saja dia itu anakku, aku tidak akan keberatan memukulnya! Ayah dan ibu anak itu tidak mau memberikan ‘kesan yang keliru’ pada anak itu dan jadinya ia sering kali bebas melakukan kenakalnnya.”
Earl menjadi semakin tertarik dengan pembicaraan itu ketika Nancy berbicar. Seperti yang lain, Earl memiliki pendapat yang sangat kuat mengenai topik tersebut; “Coba. Berap banyak orang di meja ini yang di pukul ketika masih kecil?”. Dan berapa dari kalian yang merasa bahwa kalian adalah orang yang suka melakukan kekerasan.” Tak ada tanggapan . “Nah. Itu masalahanya. Sekarang orang mengatakan bahwa jika kita memukul anak kita, mak aanak kita akan menjadi orang yang suka melakukan kekerasan. Tapi lihat kita semua. Kita tidak begitu. Kita tidak melukai siapa pun. Ini semua terlalu berlebihan, dan banyak orang tua tidak memiliki hak lagi.”
Carol terus menatap salah satu surat kabar Nick. Ia, seperti lainnya memiliki pendapat mengenai topik itu. Tetapi pemikirannya berbeda dengan yang lainnya. Ia tidak setuju dengan memukul anak sama sekali. Ia telah di pukul, sama seperti temannya yang lain, tetapi ayahnya tidak tahu kapan harus berhenti. Carol sering kali disiksa secara fisik. Ia berfikir mengenai orang tua yang tidak bisa berhenti setelah memukul satu kali. Ia juga berfikir apa yang dapat dicapai dengan memukul anak. Anak – anak harus di ajarkan apa yang benar dan salah, menurutnya, tanpa harus dipukul.
“Hei, Carol,” Nick memotong, ” kamu diam sekali hari ini. Bagaimana menurutmu tentang semua ini?”
Carol berfikir sejenak. Haruskah ia tidak sepakat dengan semua temannya? Bagimana dengan semua orang di masyarakat yang juga setuju dengan hal ini? Carol mengingat kembali sebuah acara berita mengenai topik ini seminggu lalu, dan reporternya telah mewawancara beberapa anak dewasa yang pernah di pukul, dan yang merasa bahwa memukul adalah satu – satunya cara yang di gunakan utnuk mendisiplinkan mereka selama masa kecil mereka. Ia tahu bahwa dirinnya tidak sepakat dengan semua teman makan paginya, tetpi bagaimana ia dapat mulai menjelaskan semua pemikirannya? Mereka tidak akan mengerti . Mungkin lebih baik ikut dena arus saja, pikiranya.
“Oh, aku tidak tauh. memang ada anak yang membutuhkan ‘perhatian lebih’. Tetapi terkadang orang tua bisa mnjadi terlalu marah.”
“Ayolah Carol,” Nanci memotong, “Kamu tak bisa setuju dengan dua hal sekaligus. Ada banyak…”
” Yah, kurasa aku setuju dengan hal itu. Aku hanya berharap bahwa itu tidak dilakukan terlalu sering keapda anak.”
Ketika seorang sukarelawan di tempat sarapan itu datang untuk menuangkan kopi, percakapan deng acepat bergeser pada berita yang lainnya. Diam – diam Caro berfikir mengenai mengapa iat elah mendukung pemikiran kelompiknya. Ia tidak ingin sendirian dalam berpendapat, dan ia juga tidak mau menceritakan cerita masa lalunya yang personal dan mengerikan. Ketika Nick mulai berbicara mengenai pertemua dewan kota malam sebelumnya, Carol bertanya – tanya apakah ia akan pernah bisa mengemukakan pendapatnya mengenai tpik itu lagi.
Opini yang kita miliki mengenai peristiwa, orang, dan topik berubah secara periodik dalam kehidupan kita. pikiran, misalnya, opini Anda mengenai berkencan ketia Anda berusia 15 tahun dan opini Anda mengenai berkencan saat ini. Atau coba pikirkan opini yang Anda miliki terhadap orang tua. Anda semasa kanak – kanak dan yang anda miliki kini. Bahkan pendapat anda mengenai topik yang beragam–termasuk hubungan seks di luar nikah dan cara membesarkan anak–mungkin telah berevolusi sejalan dengan tahun-tahun yang telah Anda lalui. Opini kita bukanlah sesuatu yang bersifat statis dan sering kali berubah sejalan dengan waktu. Salah satu pengaruh penting pada pendapat kita adalah media. Media telah membantu membentuk siapa kita saat ini. Sering kali, pengaruh kita adalah media. Media telah membantu membentuk siapa kita saat ini. Sering kali, pengaruh ini tidak kentara; dan pada kesempatan lainnya pengaruh itu lebih nyata. Pengaruh media terhadap opini publik adalah apa yang dipelajari oleh Elizabeth Noelle-Neumann, yang dapat di lacak kembali hingga pada tahun 1930-an dan 1940-an. Tetapi , ia mengonseptualisasikan Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory) pada awal 1070-an.
Noelle-Nuemann berfokus pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan oponi mereka mengenai topik-topik yang telah didefinisikan oleh media bagi publiknya. Teori Spiral Keheningan menyatakan bahwa orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang minoritas mengenai isu-isu publik akan tetap berada di latar belakang di mana komunikasi akan di batasi ; mereka yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang mayoritas akan lebih terdorong untuk membuka suara. Noelle-Neumann (1983) menyatakan bahwa media akan berfokus lebih ke pandangan mayoritas, dan meremehkan pandangan minoritas. Mereka yang minoritas akan menjadi lebih tidak asertif dalam mengkomunikasikan oponi mereka, dan karenanya menyebabkan munculnya sebuah spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Hal yang menarik, mereka yang berada di dalam kaum mayoritas akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan dapat menjadi semakin berani dalam komunikasi mereka. Sebagai akibatnya, media akan melaporkan opini dan kegiatan mereka.
Pandangan minoritas dari Carol Johansen dan perilaku dari teman-teman sarapannya menggarisbawahi inti dari Teori Spiral Keheningan. Mendengarkan opini koleganya mengenai memukul, Carol merasa bahwa ia sendirian dalam berfikir bahwa memukul itu salah. Teori ini Menyatakan bahwa Carol di pengaruhi oleh pelaporan media bahwa 60 persen dari warga negara bagian itu mendukung memukul anak untuk mendisiplinkan mereka dan juga oleh ingatannya sendiri mengenai sebuah berita televisi yang menyatakan keuntungan memukul anak dengan menghadirkan anak-anak yang telah dewasa dan pernah di pukul semasa kecil. Carol menganggap pandangannya sebagai pandangan minoritas dan sebagai akibatnya ia makin sedikit berbicara. Sebaliknya, mereka yang setuju dengan memukul sebagai cara mendisiplinkan anak ( Nick, Nancy, dan Earl) tanpa diragukan telah terinspirasi oleh respons survei negara bagian; hal ini mendorong komunikasi yang lebih asertif lagi dari mereka.
Sekilas Teori-teori Spiral Keheningan Karena kekuasaanya yang begitu besar, media memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media massa bekerja secara berkesinambungan dengan menyuarakan opini mayorits untuk membungkam opini minoritas khususnya mengenai isu-isu budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang memiliki pandangan minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain. Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun begitu, individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan pendapat mereka melalui kegiatan aktivisme.
Perbedaan antara pandangan mayoritas dan minorits ini di pusat lansia diklarifikasikan lebih jauh oleh Noelle-Neumann (1991). Ia Percaya bahwa mereka yang berbeda dalam kelompok mayoritas memiliki kepercayaan diri untuk menyuarakan pendapat mereka. Mereka akan menunjukkan keyakinan mereka dengan memaki kancing, memasang stiker mobil, dan mencetak pendapat mereka pada pakaian ayng mereka kenakan. Pemegang pendapat minoritas biasanya berhati-hati dan diam, yang memperkuat persepsi publik mengenai kelemahan mereka. Nick, Nancy dan Earl jelas terlihat sangat yakin akan pendapat mereka, sementara Carol menunjukkan sikap lemah karena ia kurang asertif dalam mengekspresikan opininya.
Teori Spiral Keheningan secara unik menyilangkan opini publik dan media. Untuk lebih memahami perbatasan ini, pertama-tama akan diuraikan pemikiran mengenai opini publik, komponen utama dari teori ini. Kemudian tiga asumsi dari teori ini akan dibahas.
Mimbar Opini Publik
Sebagai seorang peneliti, Noelle-Neumann tertarik dalam mengklarifikasi istilah-istilah yang mungkin dapat memiliki banyak makna. Istilah yang terletak pada inti dari Teori Spiral Keheningan adalah istilah yang secara umum diterima tetapi menurutnya sering kali disalahartikan: opini publik. Sebagai pendiri dan direktur Allensbach Institute, sebuah lembaga jajak pendapat di Jerman, Noelle-Nuemann berpendapat bahwa interprestasi mengenai opini publik sering keliru. Bahkan, walaupun ia mengidentifikasi lebih dari lima puluh definisi istilah ini semenjak teori ini di cetuskan, tak ada satu definisi pun yang dapat membuatnya puas.
Dalam Bukunya yang diberi judul secara provokatif, The Spiral of Silence: Public Opinion Our Social Skin ( Spiral Keheningan: Opini Publik- kulit sosial kita). Noelle Nuemann (1984 -1983) memisahkan opini publik menjadi dua istilah yang terpisah: opini dan publik. Ia melihat bahwa tiga makna dari public. Pertama, terdapat asosiasi hukum dengan istilah ini. Publik mengisyaratkan keterbukaan bagi semua orang, seperti dalam “tanah publik” atau “wilayah publik”. Kedua, publik berkaitan dengan konsep yang berhubungan dengan isu-isu atau orang, seperti di dalam “tanggung jawab publik para jurnalis.” Terakhir, publik mewakili sisi sosial-psikologis dari manusia. Yaitu, orang tidak hanya berfikir di dalam dirinya saja, tetapi juga berfikir mengenai hubungan mereka dengan orang lain. Frase “tatapan publi” sangat relevan di sini. Noelle-Nuemann menyimpulkan bahwa individu-individu mengetahui apakah mereka terpapar atau terlindung dari tatapan publik, dan mereka menyesuaikan diri berdasarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sisi sosial psikologis dari publik telah di abaikan dalam interprestasi-interprestasi sebelumnya mengenai opini publik, tetapi” ini adalah makna yang dirasakan oleh orang pada kulit sosial mereka yang sensitif ” (1993, hal. 62).
Opini (opinion) adalah ekspresi dari suatu sikap . Opini dapat bervariasi baik dalam hal intensitas dan stabilitas. Dengan melihat pada interprestasi awal dalam bahasa Perancis dan bahas Inggris dari opini, Noelle-Nuemann menyatakan bahwa opini adalah tingkat persetujuan dan populasi tertentu. Dalam proses spiral keheningan, opini sama artinya dengan sesuatu yang dianggap berterima.
Menggabungkan kesemua hal ini, Noelle-Nuemann mendefinisikan opini publik( Public Opinion) sebagai ” sikap atau perilaku yang harus di eskpresiakan seseorang di depan publik jika ia tidak ingin menyebabkan dirinya terisolasi; dalam area-area kontroversi atau perubahan, opini publik adalah sikap yang dapat diekspresikan tanpa harus memunculkan bahaya akan ioslasi terhadap dirinya” (hal.178). Jadi, bagi Carol Johansen, opininya mengenai memukul anak tidak akan di anggap dapat diterima oleh kelompokmakan paginya. Karena ia takut terisolasi dari komunitas pagi harinya, ia membungkam pendapatnya sendiri.
Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertenu. Sering kali, media menentukan subjek apa yang menarik bagi orang, dan media sering membuat suatu subjek menjadi kontroversial. Misalnya, obat Viagra, yang di gunakan untuk mengobati impotensi, dianggap sebagai keajaiban di dunia kedokteran hingga media menemukan bahwa biaya pembelian obat ini diganti oleh pemerintah sementara kontrasespsi untuk wanita tidak. Banyak media kemudian melaporkan bahwa praktik ini bersifat seksi (di Amerika Serikat, warga negara tidak perlu membayar biaya pengobatan tertentu karena telah ditanggung oleh pemerintah, penj.). Noelle-Neumann (1991) menyatakan bahw opini publik mungkin dipengaruhi oleh siapa yang mengakui atau tidak mengakui pandangan kita. Dalam tahun 2005, Kongres Amerika Serikat memberikan suara untuk membatalkan bantuan kesehatan Medicare dan Medicaid bagi mereka yang membeli Viagra. Opini Anda mengenai apakah Anda mendukung tindakan kongres ini akan sangat mungkin di bentuk oleh para pembicara dari kedua sisi isu ini dan juga oleh teman dan anggota keluarga. Spiral keheningan adalah respons dari pegeseran opini orang lain.
Asumsi Teori Spiral Keheningan
Dengan adanya opini public sebagai dasar dari teori ini, kita sekang akan mempelajari tiga asumsi dari Teori Spiral Keheningan. Noelle-Nuemann (1991:1993) telah membahas tiga pernyataan ini sebelumnya:
- Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa.
- Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini.
- Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.
Seperti para teoritikus lainnya, Noelle-Neumann tertarik dengan kemungkinan pengujian dari asumsi ini. Lagipula, menurutnya, apakah para anggota masyarakat benar-benar merasa terancam dengan adanya isolasi? Bagaimana ini mungkin? Ia percaya bahwa jajak pendapat yang sederhana tidak dapat menjelaskan area ini (misalnya, seberapa banyak anda merasa takut akan isolasi?). Pertanyaan-pertanyaan semacam ini meminta para responden untuk berfikir terlalu abstrak, karena sangat mungkin bahwa hanya sedikit saja responden yang bahkan pernah memikirkan mengenai isolasi.
Noelle-Neumann menggunakan nilai-nilai penelitian dari Solomon Asch (1951), seorang psikolog sosial di tahun1950-an. Asch mengadakan eksperimen laboratorium berikut ini lebih dari lima puluh kali dengan delapan hingga sepuluh subjek (peserta) penelitian:
Garis mana dari ketiga garis dibawah ini yang sama panjang dengan garis disebelah kiri ?
________ 1. _______
2. _______________
3. ________
Anda mungkin dengan cepat akan mengatakan bahwa garis nomor 3 sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Tetapi kelompok subjek penelitian tidak sepakat dengan hal ini. Setelah berkeliling ruangan, para asisten peneliti (yang juga ikut menjadi partisipan dalam penelitian) semuanya menyebutkan bahwa garis nomor 1 adalah garis yang sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Para subjek penelitian yang tidak curiga sama sekali mulai menyebut bahwa garis nomor 1 sebagai jawaban yang benar. Bahkan, Asch menemukan bahwa setelah beberapa kali, para subjek penelitian ini mulai menyebutkan jawaban yang salah itu sebagai jawaban yang benar. Asch percaya bahwa individu-individu sering kali merasa tekanan yang besar untuk sepakat dengan orang lain, walaupun orang lain mungkin saja tidak benar. Meminjam hal ini dari teori tersebut, terdapat ketakutan akan isolasi yang sangat nyata.
Elizabeth Blakeslee (2005) dari New York Times menyatakan bahwa kesimpulan penelitian Asch mengenai kesepakatan sosial masih ada hingga saat ini. Ia melaporkan implikasi dan mengikuti sebuah kelompok dalam berbagai bidang masyarakat, termasuk keputusan juri dalam pengadilan dan pemilihan umum. Ia menyatakan bahwa “ketidaknyamanan berdiri sendirian dapat membuat opini mayoritas tampak lebih menarik dibandingkan dengan berpegang pada keyakinan diri sendiri” (hal.D3).
Merespons kritik terhadap penelitian Asch-bahwa orang tidak benar – benar memiliki rasa takut akan isolasi melainkan hanya kekurangan rasa percaya diri mengenai penilaian mereka sendiri–Noelle Neumann melakukan uji ancaman akan isolasi yang lebih realistis. Ia yakin bahwa meminta subjek penelitian untuk menilai keyakinan moral atau estetika.
Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/05/teori-spiral-keheningan/#more-post-559
Langganan:
Postingan (Atom)