Teori Spiral Keheningan ( Berdasarkan penelitian Elisabeth Noelle – Nueman)
Carol Johansen
Tiap pagi, carol johansen menghadiri acara makan pagi kaum lanjut
usia di pusat lanjut usia lokal. Sebenarnya ia bisa makan pagi di
restoran, tetapi ia pergi ke pusat tersebut karena ia menyukai teman –
temannya. Di sana ia bertemu dengan berbagai macam karakter, termasuk
Earl, seorang veteran Perang Dunia I yang menyanyikan lagu – lagu
Broadway; Nancy , seorang mantan perawat yang menceritakan banyak cerita
menarik mengenai mantan pasiennya; dan Nick, seorang penangkap lobster
yang merupakan pembaca surat kabar yang setia. Sarapan pagi ini menarik
karena percakapan mereka segera membahas mengenai artikel surat kabar
tentang memukul anak.
Nick membaca artikel tersebut kepada seluruh kelompok, dan setelah ia
selesai, ia mengemukakan pendapatnya mengenai topik tersebut: ” Aku
setuju dengan penulis ini. Aku tek melihat sesuatu yang salah mengenai
memukul anak. Coba lihat survei di surat kabar ini. Lebih dari 60 persen
orang dari negara bagian ini percaya bahwa tidak masalah memukul anak,
tetapi hanya 40 persen dari seluruh negara yang berfikir bahwa ini bukan
masalah. Sekarang, kita sama sekali tak bisa memukul anak. Mereka akan
menuntutmu, atau akan ada seorang pekerja sosial yang datang ke rumahmu
dan mengambil anakmu. Ini tidak benar.”
“Aku setuju,” kata Nancy. “Kalau saja kalian tahu anak tetanggaku
yang berusia hampir 8 tahun, ia anak yang sangat-sangat bandel. Tetapi
ibunya sama sekali tak mau menyentuhnya! Aku tak mengerti. Kalau saja
dia itu anakku, aku tidak akan keberatan memukulnya! Ayah dan ibu anak
itu tidak mau memberikan ‘kesan yang keliru’ pada anak itu dan jadinya
ia sering kali bebas melakukan kenakalnnya.”
Earl menjadi semakin tertarik dengan pembicaraan itu ketika Nancy
berbicar. Seperti yang lain, Earl memiliki pendapat yang sangat kuat
mengenai topik tersebut; “Coba. Berap banyak orang di meja ini yang di
pukul ketika masih kecil?”. Dan berapa dari kalian yang merasa bahwa
kalian adalah orang yang suka melakukan kekerasan.” Tak ada tanggapan .
“Nah. Itu masalahanya. Sekarang orang mengatakan bahwa jika kita memukul
anak kita, mak aanak kita akan menjadi orang yang suka melakukan
kekerasan. Tapi lihat kita semua. Kita tidak begitu. Kita tidak melukai
siapa pun. Ini semua terlalu berlebihan, dan banyak orang tua tidak
memiliki hak lagi.”
Carol terus menatap salah satu surat kabar Nick. Ia, seperti lainnya
memiliki pendapat mengenai topik itu. Tetapi pemikirannya berbeda dengan
yang lainnya. Ia tidak setuju dengan memukul anak sama sekali. Ia telah
di pukul, sama seperti temannya yang lain, tetapi ayahnya tidak tahu
kapan harus berhenti. Carol sering kali disiksa secara fisik. Ia
berfikir mengenai orang tua yang tidak bisa berhenti setelah memukul
satu kali. Ia juga berfikir apa yang dapat dicapai dengan memukul anak.
Anak – anak harus di ajarkan apa yang benar dan salah, menurutnya, tanpa
harus dipukul.
“Hei, Carol,” Nick memotong, ” kamu diam sekali hari ini. Bagaimana menurutmu tentang semua ini?”
Carol berfikir sejenak. Haruskah ia tidak sepakat dengan semua
temannya? Bagimana dengan semua orang di masyarakat yang juga setuju
dengan hal ini? Carol mengingat kembali sebuah acara berita mengenai
topik ini seminggu lalu, dan reporternya telah mewawancara beberapa anak
dewasa yang pernah di pukul, dan yang merasa bahwa memukul adalah satu –
satunya cara yang di gunakan utnuk mendisiplinkan mereka selama masa
kecil mereka. Ia tahu bahwa dirinnya tidak sepakat dengan semua teman
makan paginya, tetpi bagaimana ia dapat mulai menjelaskan semua
pemikirannya? Mereka tidak akan mengerti . Mungkin lebih baik ikut dena
arus saja, pikiranya.
“Oh, aku tidak tauh. memang ada anak yang membutuhkan ‘perhatian lebih’. Tetapi terkadang orang tua bisa mnjadi terlalu marah.”
“Ayolah Carol,” Nanci memotong, “Kamu tak bisa setuju dengan dua hal sekaligus. Ada banyak…”
” Yah, kurasa aku setuju dengan hal itu. Aku hanya berharap bahwa itu tidak dilakukan terlalu sering keapda anak.”
Ketika seorang sukarelawan di tempat sarapan itu datang untuk
menuangkan kopi, percakapan deng acepat bergeser pada berita yang
lainnya. Diam – diam Caro berfikir mengenai mengapa iat elah mendukung
pemikiran kelompiknya. Ia tidak ingin sendirian dalam berpendapat, dan
ia juga tidak mau menceritakan cerita masa lalunya yang personal dan
mengerikan. Ketika Nick mulai berbicara mengenai pertemua dewan kota
malam sebelumnya, Carol bertanya – tanya apakah ia akan pernah bisa
mengemukakan pendapatnya mengenai tpik itu lagi.
Opini yang kita miliki mengenai peristiwa, orang, dan topik berubah
secara periodik dalam kehidupan kita. pikiran, misalnya, opini Anda
mengenai berkencan ketia Anda berusia 15 tahun dan opini Anda mengenai
berkencan saat ini. Atau coba pikirkan opini yang Anda miliki terhadap
orang tua. Anda semasa kanak – kanak dan yang anda miliki kini. Bahkan
pendapat anda mengenai topik yang beragam–termasuk hubungan seks di luar
nikah dan cara membesarkan anak–mungkin telah berevolusi sejalan dengan
tahun-tahun yang telah Anda lalui. Opini kita bukanlah sesuatu yang
bersifat statis dan sering kali berubah sejalan dengan waktu.
Salah satu pengaruh penting pada pendapat kita adalah media. Media
telah membantu membentuk siapa kita saat ini. Sering kali, pengaruh kita
adalah media. Media telah membantu membentuk siapa kita saat ini.
Sering kali, pengaruh ini tidak kentara; dan pada kesempatan lainnya
pengaruh itu lebih nyata. Pengaruh media terhadap opini publik adalah
apa yang dipelajari oleh Elizabeth Noelle-Neumann, yang dapat di lacak
kembali hingga pada tahun 1930-an dan 1940-an. Tetapi , ia
mengonseptualisasikan Teori Spiral Keheningan
(Spiral of Silence Theory) pada awal 1070-an.
Noelle-Nuemann berfokus pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan
oponi mereka mengenai topik-topik yang telah didefinisikan oleh media
bagi publiknya. Teori Spiral Keheningan menyatakan bahwa orang yang
yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang minoritas mengenai
isu-isu publik akan tetap berada di latar belakang di mana komunikasi
akan di batasi ; mereka yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang
yang mayoritas akan lebih terdorong untuk membuka suara. Noelle-Neumann
(1983) menyatakan bahwa media akan berfokus lebih ke pandangan
mayoritas, dan meremehkan pandangan minoritas. Mereka yang minoritas
akan menjadi lebih tidak asertif dalam mengkomunikasikan oponi mereka,
dan karenanya menyebabkan munculnya sebuah spiral komunikasi yang
bergerak ke bawah. Hal yang menarik, mereka yang berada di dalam kaum
mayoritas akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan dapat
menjadi semakin berani dalam komunikasi mereka. Sebagai akibatnya, media
akan melaporkan opini dan kegiatan mereka.
Pandangan minoritas dari Carol Johansen dan perilaku dari teman-teman
sarapannya menggarisbawahi inti dari Teori Spiral Keheningan.
Mendengarkan opini koleganya mengenai memukul, Carol merasa bahwa ia
sendirian dalam berfikir bahwa memukul itu salah. Teori ini Menyatakan
bahwa Carol di pengaruhi oleh pelaporan media bahwa 60 persen dari warga
negara bagian itu mendukung memukul anak untuk mendisiplinkan mereka
dan juga oleh ingatannya sendiri mengenai sebuah berita televisi yang
menyatakan keuntungan memukul anak dengan menghadirkan anak-anak yang
telah dewasa dan pernah di pukul semasa kecil. Carol menganggap
pandangannya sebagai pandangan minoritas dan sebagai akibatnya ia makin
sedikit berbicara. Sebaliknya, mereka yang setuju dengan memukul sebagai
cara mendisiplinkan anak ( Nick, Nancy, dan Earl) tanpa diragukan telah
terinspirasi oleh respons survei negara bagian; hal ini mendorong
komunikasi yang lebih asertif lagi dari mereka.
Sekilas Teori-teori Spiral Keheningan
Karena kekuasaanya yang begitu besar, media memiliki dampak yang awet
dan mendalam terhadap opini publik. Media massa bekerja secara
berkesinambungan dengan menyuarakan opini mayorits untuk membungkam
opini minoritas khususnya mengenai isu-isu budaya dan sosial. Rasa takut
akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang memiliki pandangan
minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain. Individu-individu yang
takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat dengan apa yang
mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun begitu,
individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan pendapat
mereka melalui kegiatan aktivisme.
Perbedaan antara pandangan mayoritas dan minorits ini di pusat lansia
diklarifikasikan lebih jauh oleh Noelle-Neumann (1991). Ia Percaya
bahwa mereka yang berbeda dalam kelompok mayoritas memiliki kepercayaan
diri untuk menyuarakan pendapat mereka. Mereka akan menunjukkan
keyakinan mereka dengan memaki kancing, memasang stiker mobil, dan
mencetak pendapat mereka pada pakaian ayng mereka kenakan. Pemegang
pendapat minoritas biasanya berhati-hati dan diam, yang memperkuat
persepsi publik mengenai kelemahan mereka. Nick, Nancy dan Earl jelas
terlihat sangat yakin akan pendapat mereka, sementara Carol menunjukkan
sikap lemah karena ia kurang asertif dalam mengekspresikan opininya.
Teori Spiral Keheningan secara unik menyilangkan opini publik dan
media. Untuk lebih memahami perbatasan ini, pertama-tama akan diuraikan
pemikiran mengenai opini publik, komponen utama dari teori ini. Kemudian
tiga asumsi dari teori ini akan dibahas.
Mimbar Opini Publik
Sebagai seorang peneliti, Noelle-Neumann tertarik dalam
mengklarifikasi istilah-istilah yang mungkin dapat memiliki banyak
makna. Istilah yang terletak pada inti dari Teori Spiral Keheningan
adalah istilah yang secara umum diterima tetapi menurutnya sering kali
disalahartikan: opini publik. Sebagai pendiri dan direktur Allensbach
Institute, sebuah lembaga jajak pendapat di Jerman, Noelle-Nuemann
berpendapat bahwa interprestasi mengenai opini publik sering keliru.
Bahkan, walaupun ia mengidentifikasi lebih dari lima puluh definisi
istilah ini semenjak teori ini di cetuskan, tak ada satu definisi pun
yang dapat membuatnya puas.
Dalam Bukunya yang diberi judul secara provokatif, The Spiral of
Silence: Public Opinion Our Social Skin ( Spiral Keheningan: Opini
Publik- kulit sosial kita). Noelle Nuemann (1984 -1983) memisahkan opini
publik menjadi dua istilah yang terpisah: opini dan publik. Ia melihat
bahwa tiga makna dari public. Pertama, terdapat asosiasi hukum dengan
istilah ini. Publik mengisyaratkan keterbukaan bagi semua orang, seperti
dalam “tanah publik” atau “wilayah publik”. Kedua, publik berkaitan
dengan konsep yang berhubungan dengan isu-isu atau orang, seperti di
dalam “tanggung jawab publik para jurnalis.” Terakhir, publik mewakili
sisi sosial-psikologis dari manusia. Yaitu, orang tidak hanya berfikir
di dalam dirinya saja, tetapi juga berfikir mengenai hubungan mereka
dengan orang lain. Frase “tatapan publi” sangat relevan di sini.
Noelle-Nuemann menyimpulkan bahwa individu-individu mengetahui apakah
mereka terpapar atau terlindung dari tatapan publik, dan mereka
menyesuaikan diri berdasarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sisi
sosial psikologis dari publik telah di abaikan dalam
interprestasi-interprestasi sebelumnya mengenai opini publik, tetapi”
ini adalah makna yang dirasakan oleh orang pada kulit sosial mereka yang
sensitif ” (1993, hal. 62).
Opini (opinion) adalah ekspresi dari suatu sikap . Opini dapat
bervariasi baik dalam hal intensitas dan stabilitas. Dengan melihat pada
interprestasi awal dalam bahasa Perancis dan bahas Inggris dari opini,
Noelle-Nuemann menyatakan bahwa opini adalah tingkat persetujuan dan
populasi tertentu. Dalam proses spiral keheningan, opini sama artinya
dengan sesuatu yang dianggap berterima.
Menggabungkan kesemua hal ini, Noelle-Nuemann mendefinisikan opini
publik( Public Opinion) sebagai ” sikap atau perilaku yang harus di
eskpresiakan seseorang di depan publik jika ia tidak ingin menyebabkan
dirinya terisolasi; dalam area-area kontroversi atau perubahan, opini
publik adalah sikap yang dapat diekspresikan tanpa harus memunculkan
bahaya akan ioslasi terhadap dirinya” (hal.178). Jadi, bagi Carol
Johansen, opininya mengenai memukul anak tidak akan di anggap dapat
diterima oleh kelompokmakan paginya. Karena ia takut terisolasi dari
komunitas pagi harinya, ia membungkam pendapatnya sendiri.
Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah
populasi terhadap subjek tertenu. Sering kali, media menentukan subjek
apa yang menarik bagi orang, dan media sering membuat suatu subjek
menjadi kontroversial. Misalnya, obat Viagra, yang di gunakan untuk
mengobati impotensi, dianggap sebagai keajaiban di dunia kedokteran
hingga media menemukan bahwa biaya pembelian obat ini diganti oleh
pemerintah sementara kontrasespsi untuk wanita tidak. Banyak media
kemudian melaporkan bahwa praktik ini bersifat seksi (di Amerika
Serikat, warga negara tidak perlu membayar biaya pengobatan tertentu
karena telah ditanggung oleh pemerintah, penj.). Noelle-Neumann (1991)
menyatakan bahw opini publik mungkin dipengaruhi oleh siapa yang
mengakui atau tidak mengakui pandangan kita. Dalam tahun 2005, Kongres
Amerika Serikat memberikan suara untuk membatalkan bantuan kesehatan
Medicare dan Medicaid bagi mereka yang membeli Viagra. Opini Anda
mengenai apakah Anda mendukung tindakan kongres ini akan sangat mungkin
di bentuk oleh para pembicara dari kedua sisi isu ini dan juga oleh
teman dan anggota keluarga. Spiral keheningan adalah respons dari
pegeseran opini orang lain.
Asumsi Teori Spiral Keheningan
Dengan adanya opini public sebagai dasar dari teori ini, kita sekang
akan mempelajari tiga asumsi dari Teori Spiral Keheningan.
Noelle-Nuemann (1991:1993) telah membahas tiga pernyataan ini
sebelumnya:
- Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa.
- Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini.
- Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.
Asumsi yang pertama menyatakan bahwa masyarakat memegang kekuasaan
terhadap mereka yang tidak sepakat melalui ancaman akan isolasi.
Noelle-Nuemann percaya bahwa struktur masyarakat kita bergantung
sepenuhnya pada orang-orang yang secara bersama menentukan dan mendukung
seperangkat nilai. Dan oponi publiklah yang menentukan apakah
nilai-nilai ini diyakini secara sama di seluruh populasi. Ketika orang
sepakat mengenai seperangkat nilai bersama, maka ketakuatan akan isolasi
akan berkurang. Ketika terdapat perbedaan nilai, ketakutan akan isolasi
muncul.
Seperti para teoritikus lainnya, Noelle-Neumann tertarik dengan
kemungkinan pengujian dari asumsi ini. Lagipula, menurutnya, apakah para
anggota masyarakat benar-benar merasa terancam dengan adanya isolasi?
Bagaimana ini mungkin? Ia percaya bahwa jajak pendapat yang sederhana
tidak dapat menjelaskan area ini (misalnya, seberapa banyak anda merasa
takut akan isolasi?). Pertanyaan-pertanyaan semacam ini meminta para
responden untuk berfikir terlalu abstrak, karena sangat mungkin bahwa
hanya sedikit saja responden yang bahkan pernah memikirkan mengenai
isolasi.
Noelle-Neumann menggunakan nilai-nilai penelitian dari Solomon Asch
(1951), seorang psikolog sosial di tahun1950-an. Asch mengadakan
eksperimen laboratorium berikut ini lebih dari lima puluh kali dengan
delapan hingga sepuluh subjek (peserta) penelitian:
Garis mana dari ketiga garis dibawah ini yang sama panjang dengan garis disebelah kiri ?
________ 1. _______
2. _______________
3. ________
Anda mungkin dengan cepat akan mengatakan bahwa garis nomor 3 sama
panjang dengan garis di sebelah kiri. Tetapi kelompok subjek penelitian
tidak sepakat dengan hal ini. Setelah berkeliling ruangan, para asisten
peneliti (yang juga ikut menjadi partisipan dalam penelitian) semuanya
menyebutkan bahwa garis nomor 1 adalah garis yang sama panjang dengan
garis di sebelah kiri. Para subjek penelitian yang tidak curiga sama
sekali mulai menyebut bahwa garis nomor 1 sebagai jawaban yang benar.
Bahkan, Asch menemukan bahwa setelah beberapa kali, para subjek
penelitian ini mulai menyebutkan jawaban yang salah itu sebagai jawaban
yang benar. Asch percaya bahwa individu-individu sering kali merasa
tekanan yang besar untuk sepakat dengan orang lain, walaupun orang lain
mungkin saja tidak benar. Meminjam hal ini dari teori tersebut, terdapat
ketakutan akan isolasi yang sangat nyata.
Elizabeth Blakeslee (2005) dari
New York Times menyatakan
bahwa kesimpulan penelitian Asch mengenai kesepakatan sosial masih ada
hingga saat ini. Ia melaporkan implikasi dan mengikuti sebuah kelompok
dalam berbagai bidang masyarakat, termasuk keputusan juri dalam
pengadilan dan pemilihan umum. Ia menyatakan bahwa “ketidaknyamanan
berdiri sendirian dapat membuat opini mayoritas tampak lebih menarik
dibandingkan dengan berpegang pada keyakinan diri sendiri” (hal.D3).
Merespons kritik terhadap penelitian Asch-bahwa orang tidak benar –
benar memiliki rasa takut akan isolasi melainkan hanya kekurangan rasa
percaya diri mengenai penilaian mereka sendiri–Noelle Neumann melakukan
uji ancaman akan isolasi yang lebih realistis. Ia yakin bahwa meminta
subjek penelitian untuk menilai keyakinan moral atau estetika.
Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/05/teori-spiral-keheningan/#more-post-559