Selasa, 21 Februari 2012

Narrative Paradigm

Narrative Paradigm
NarrativeMiles Campbell berguling-guling di tempat tidurnya dan berusaha untuk mematikan alarmnya. Ia masih bersembunyi di balik selimutnya beberapa menit sebelum dia menyadarkan diri untuk bangun atau dia merindukan chem lab-nya. Dia tergoda untuk kembali tidur, tetapi wajah ibunya bercahaya sebelumnya. Dia berpikir tentang bagaimana sulitnya sang ibu bekerja untuk membantunya untuk bisa bersekolah di perguruan tinggi. Dia tidak ingin mengecewakan ibunya dengan tidak bekerja dengan baik. Miles kemudian menarik nafas panjang dan mengangkat bahunya. Lau, dia bergegas bangkit dari kasur dan menceburkan mukanya ke dalam air dingin. Dia pun mengambil baju dan topi di dapur, dengan begitu hidupnya terasa lebih baik.
Di dapur ia mendengar suara tetangganya, Robert dan Carlos. Mereka mengusulkan tentang sesuatu. Seperti pagi yang biasanya, Miles berpikir. Ada dua hal yang tidak asing lagi: ”apa yangtelah kamu lakukan dan berteriak pada pagi-pagi buta?”. Miles bertanya karena waktu itu ia memulai sarapan. Robert dan Carlos mencari dan membawa Miles. ”Kamu tidak berpikir itu suatu kesepakatan besar, Miles”. Carlos berkata, ”Tetapi kami akan mendiskusikan calon yang akan menjadi presiden assosiasi multicultural student. ”Ya, kamu benar, Carlos!” Miles tertawa. ”Tidak sama seperti sesuatu yang sia-sia berargumen tentangku!”
Robert memberikan Miles kopian dari dua selebaran kampanye. ”Baik, kamu mungkin tidak berpikir itu semua adalah kesepakatan yang besar, tetapi lihatlah perbedaan di antara keduanya dan katakan padaku bahwa Laura Huyge lebih buruk daripada Jorge Vega.” Miles mengejabkan mata pada dua flyers yang diberikan oleh Robert. Huyge merupakan lulusan siswa Asian American dan ia telah mempresentasikan 10 point yang menjelaskan platform-nya. Dia berupaya untuk menarik perhatian dalam mempromosikan cultural sensitivty dan apresiasi dalam mengubah student body. Di dalam flyers tersebut juga mencantumkan beberapa cara yang dia rencanakan untuk melengkapi cita-citanya. Inisiatifnya yang pertama, ia memilih untuk mensposori toko dengan outside speakers dan beberapa aktivitas untuk memberikan perbedaan etnik yang menceritakan satu dengan yang lainnya tentang perbedaan dan penghargaan.
Miles mencari Robert dan Carlos dan mengatakan ”Baik, Laura tampaknya cukup beralasan.” Robert menepuk punggung Miles dan tersenyum. Carlos interupsi dan mengatakan “Wah, kamu belum melihat apa yang Jorge katakan. Tetaplah membaca, Miles!”
Miles meletakkan flyer tentang Laura di sisi lain dan mengambil flyer tentang Jorge. Jorge memilih gaya presentasi yang berbeda untuk kampanye flyer-nya. Tidak seperti milik Laura, di dalam flyers Jorge adanya serial cerita pendek, salah satunya menceritakan adanya gap antara mahasiswa berkulit putih dan mahasiswa berkulit hitam dalam suatu universitas.
Miles pun membaca 3 seri cerita pendek itu dan dia berpikir bahwa Jorge merupakan orang yang dingin. Deskripsinya tentang hidup pada universitas hádala akurat. Dia sendiri telah diacuhkan dalam kelas. Selain itu, jarang sekali ada orang lain (yang berasal dari ras lain) yang masuk ke dalam kehidupan sosialnya, kecuali Carlos dan teman dekatnya Carlos yang juga sama-sama orang Latin. Dia tidak pernah bersosialisai dengan orang kulit putih di kampus. Jorge memberikan Miles untuk benyak berpikir lagi, dan, jika dia memvoting, dia akan memvoting untuk Jorge.
Narrative Paradigm mengembangkan kepercayaan bahwa manusia-manusia adalah pencerita-pencerita dan bahwa nilai-nilai, emosi-emosi, dan pemikiran-pemikiran estetis berdasar kepercayaan-kepercayaan dan tingkah laku kita.
Dalam kata lain, kita lebih diyakinkan oleh sebuah cerita yang bagus daripada sebuah argumen yang bagus.
Robert Roeland (1989) berpendapat bahwa ide yang masyarakat yang pada dasarnya pencerita yang telah diadopsi oleh banyak mata pelajaran yang berbeda-beda termasuk sejarah, biologi, antropologi, sosiologi, psikologi dan teologi. Pelajaran komunikasi juga dipengarugi oleh ketertarikan dalam narasi. John Lucaites dan Celeste Condit (1985) menyatat “kepercayaan yang tumbuh yang cerita menggambarkan alat yang universal dalam kesadaran manusia”.
Sebuah paradigma adalah konsep yang lebh luas daripada teori. Fisher menyatakan bahwa “tidak ada gender, termasuk komunikasi secara tekhnik, hal itu bukanlah episode didalam cerita kehidupan”.
Fisher menyatakan bahwa penggunaannya dalam istilah paradigm mengacu kepada sebuah usaha untuk menyusun dan mengatur pengertian kita dalam pengalaman dari semua komunikasi manusia.
Penggunaan istilah paradigm mengindikasikan bahwa pemikir an Fisher mewakili sebuah perubahan yang mayor dari pemikiran yang telah mendukung teori komunikasi yang paling terdahulu. Fisher percaya bahwa dia menangkap pokok sifat alami manusia dengan pandangan bahwa kita adalah pencerita dan kita mengalami kehidupan kita dalam susunan cerita.
Dia mengkontraskan pendekatannya dengan apa yang ia sebut paradigma rasional yang mengkarakterkan pemikiran barat sebelumnya. Dengan cara ini Fisher menghadirkan apa yang bisa disebut sebagai paradigm shift, atau perubahan signifikan dalam cara masyarakat berpikir tentang dunia dan artinya.
Fisher (1987) menjelaskan paradigm shift dengan menghitung kembali sejarah singkat dari paradigma yang telah memandu pemikiran barat. Dia mencatat bahwa logo pada asalnya bermaksud sebuah kombinasi dari konsep termasuk cerita, rasional, percakapan dan pemikiran. Fisher menjelaskan bahwa maksud ini bertahan sampai pada waktu Plato dan Aristotle, yang membedakan antara logo-logo sebagai alasan dan mitos sebagai cerita dan emosi. Dalam pemisahan ini, mitos mewakili percakapan puitis, yang ditugaskan hubungan status negatif kepada logo-logo atau alasan.
Menurut Aristotlr beberapa percakapan adalah superior kepada lainnya dengan menguntungkan hubungannya kepada pengetahuan yang benar. Hanya logo-logo, Aristotles melanjutkan, yang menuju pada pengetahuan sejati karena hal itu menyediakan sebuah sistem logika yang terbukti benar.
Logo ditemukan didalam percakapan filosofi. Bentuk lain dari percakapan mengarah pada pengetahuan, tetapi pengetahuan yang mereka hasilkan adalah bersifat mungkin, tidak benar dalam sebuah keabsolutan, dalam pengertian yang tidak berubah-rubah.
Perbedaan Aristotelian tidak mencegah Aristotle sendiri dari menghargai berbagai bentuk dari komunikasi, tetapi hal itu menyediakan sebuah rasional untuk nantinya para teoritikus dalam lebih memilih logika dan alasan dibandingkan mitos, cerita dan retorik.
Revolusi ilmiah menurunkan filosofi sebagai sumber dari logika, menempatkan logika daripada dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi Fisher berpendapat bahwa perubahan ini tidaklah jauh dalam jangkauan karena filosofi dan ilmu memberi kesempatan sebuah sistem formal dari logika yang melanjutkan untuk meninggalkan puitis atau retorik dalam sebuah penurunan nilai.
Rational world paradigm adalah sebuah sistem logika yang digunakan oleh banyak peneliti dan para ahli.
Fisher berpendapat bahwa “ penerimaan dari narrative paradigm merubah kontroversi dari sebuah fokus dalam seseorang yang mempunyai logo-logo ke sebuah fokus dalam kejadian spesifik dalam percakapan, tanpa menganggap bentuk, menyediakan panduan yang paling terpercaya dan diinginkan dan dalam kondisi seperti apa”.
Jadi, Narrative Paradigm menggambarkan cara yang berbeda dari pemikiran tentang dunia daripada yang dibayangkan oleh paradigma dunia rasional.
Narrative Paradigm menghadirkan sebuah alternatif kepada paradigma dunia rasional tanpa menghilangkan tradisional rasional. Fisher berargumen bahwa Narrative Paradigm mencapai perubahan ini melalui pengenalan bahwa “beberapa percakapan lebih benar, dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam penghormatan kepada pengetahuan, kebenaran, dan realita daripada percakapan lainnya, tetapi tidak ada bentuk atau gender yang mempunyai klaim akhir untuk kebaikan ini”.
Fisher menegaskan bahwa cerita atau mitos diilhami dari semua usaha komunikasi manusia karena semua argumen termasuk “ide-ide yang tidak dapat dibuktikan dalam cara yang mutlak. Ide seperti itu muncul dalam metafora, nilai-nilai, isyarat dan yang lainnya”. Jadi Fisher mencoba untuk menjembatani pembagian antara logo-logo (argumen rasional) dan mitos (cerita atau narasi)
Assumptions of the Narrative Paradigm.
Walaupun Fisher mencoba untuk menunjukkan Narative paradigm sebagai perpaduan dari logika dan estetika, dia melakukan batas keluar bahwa logika narrative merupakan perbedaan dari logika tradisonal dan pertimbangan. Kita akan membahas bagaimana dua perbedaan ini seluruhnya karena ini perbedaan yang penting bagi Fisher dan dia secara terus menerus menyaring pemikirannya tentang dikembangkannya Narative paradigm. Aspek pentingnya dari asumsi Narative Paradigm adalah bahwa mereka berbeda dengan paradigma dunia rasional, dan itu hanya sebagai dua logika berbeda.
Fisher (1987) menetapkan Lima Asumsi:
  1. manusia tentu saja merupakan seorang pencerita.
  2. Keputusan tentang cerita yang memiliki manfaat didasarkan pada pertimbangan yang baik
  3. Pertimbangan yang baik ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter
  4. Rasionalitas didasarkan pada pertimbangan orang-orang terhadap konsistensi cerita dan pada keadaan yang sesungguhnya
  5. Pengalaman kita di dunia seperti dipenuhi dengan cerita-cerita dan kita harus memilih diantaranya.
Kita dapat melihat bagaimana menjelaskan perbedaan ini menuju asumsi parallel Fisher yang menyoroti ke dalam paradigma dunia rasional. Perbedaan ini dinyatakan dalam table 20.1
Kita akan membahas dan memberi penjelasan secara ringkas setiap asumsi dari Narative Paradigm, dan membandingan itu semua dengan perlawanan mereka dalam paradigma dunia rasional.
Pertama, asumsi Narrative Paradigm mengungkapkan bahwa sifat-sifat dasar manusia bersumber pada cerita dan bercerita. Cerita mempersuasi kita, menggerakkan kita, dan membentuk dasar bagi kepercayaan dan tindakan kita.
Contoh: Miles tidak dapat mendengarkan banyak mengenai pemilihan presiden dari Multicultural Student Association di kampus. Sebenarnya Miles agak apatis tentang pemilihan dan tidak tertarik atau berpendapat tentang salah satu kandidat. namun setelah membaca cerita-cerita yang memaksakan bahwa Jorge dimasukkan dalam bahan kampanye, Miles memutuskan untuk memilih Jorge. Miles menemukan materi Laura yang menarik akan tetapi tidak sperti Jorge. Jika asumsi dari paradigma dunia rasional benar, kita akan menyangka banyak pendapat rasional akan mengubah pendirian Miles, dan dia akan menentukan untuk memilih Laura. Disini Narrative Paradigm akan menjelaskan mengapa pilihannya untuk Jorge.
Fisher juga percaya, pada asumsi pertama karena dia mengamati bahwa narrative adalah universal – ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu. fisher menegaskan bahwa “Ethika apa saja, apakah sosial, politik, legal atau sebaliknya melibatkan narrative” (1984, p. 3)
Keuniversalan dari narrative mendorong fisher untuk menyatakan istilah Homo narrans sebagai suatu metaphor untuk mendefinisikan umat manusia. Fisher dipengaruhi datangnya teori pembacaan moral yang didukung oleh Alasdair Maclntyre. (1981)
Dia mengamati bahwa “Laki-laki dalam tindakan dan prakteknya seperti dalam khayalannya, pada dasarnya menceritakan binatang” Fisher menggunakan gagasan MacIntyre sebagai fondasi dari Narrativ Paradigm. James Elkins (2001) setuju dengan asumsi Fisher tersebut tentang pusat dari cerita manusia. Elkins mengamati bahwa:
Kita menggunakan cerita dalam setiap aspek kehidupan kita – Untuk memberikan waktu dalam menyampaikan informasi, dan untuk membiarkan sesorang tahu siapa kita agar menempatkan kita dalam sebuah tempat, keluarga dan komunitas. Kita mengubah cerita-cerita untuk dua hal, bertahan dan mengimajinasi, untuk mencapai tujuan instrumental, kesenangan, dan karena keharusan kita. Kisah merupakan bagian dari peninggalan manusia.
Catatan penelitian mendeskripsikan bahwa dengan belajar menunjukkan pentinganya sebuah kisah bagi orang-orang tua yang memiliki kanker dan memberi kepedulian terhadap mereka.
Asumsi kedua dari Narrative Paradigm menyatakan bahwa orang-orang mebuat keputusan mengenai cerita yang mana yang dapat diterima dan yang mana yang ditolak sebagai dasar dari apa yang membuat pengertian mereka atau sebagai alasan yang tepat. Kita akan membahas apa yang Fisher maksud dengan alasan tepat tersebut, tetapi dia tidak menunjukkan apa dengan cara logika sempurna atau dengan pendapat. Asumsi ini mengakui bahwa tidak semua kisah sama-sama berhasil; malahan factor untuk penentuan dalam memilih diantara cerita-cerita merupakan perseorangan daripada kode abstrak dari pendapat, atau apa kita menyebutnya alasan. Dari sudut pandang Fisher, dalam kita memulai sketsa, Laura menceritakan cerita dalam percobaan kampanyenya. Miles sederhana memilih untuk menolak ceritanya dan menerima Jorge karena itu secara pribadi menyangkut dirinya.
Selama orang mendengarkan cerita-cerita konflik ini, mereka memilih diantara mereka. Pilihan mereka tidak terbentuk dari traditional logic tapi dari narrative logic. Ketika Orang-orang mengubah traditional logic ke narrative logic, Fisher percaya hidup mereka akan lebih baik karena narrative logic lebih demokratis daripada formal logic. Fisher menyatakan “Semua orang memiliki kapasitas untuk berpikir rasional terhadap kompleksitas dari system logika, Narrative Paradigm menyebutkan bahwa setiap orang memiliki kebijaksanaan.
Asumsi yang ketiga menguraikan hal khusus apa yang dapat mempengaruhi pilihan orang-orang dan memberikan alasan yang beik bagi mereka. Paradigma dunia rasional berasumsi bahwa pendapat diatur dengan mendiktekan kebaikan ( Toulmin,1958 ) sebagai cara mengambil keputusan. Pergerakan ini membutuhkan pertimbangan kebaikan atau dengan pemeriksaan dari formal logic sebagai pedoman mengambil keputusan. Pertentangannya Narrative paradigm mengungkapkan bahwa kebaikan tidak hanya sebagai cara untuk mengevaluasi alasan yang tepat. Faktanya, kebaikan mungkin tidak akurat untuk mendeskripsikan bagaimana orang-orang membuat keputusan. Narrative Paradigm menganggap bahwa narrative rationality dipengaruhi oleh sejarah, biografi, budaya dan karakter. Lalu Fisher mengenalkan gagasan dari konteks Narrative Paradigm. Orang-orang dipengaruhi oleh isinya yang mereka tanamkan. Oleh karena itu materinya memunculkan persuasive kepada Miles, materinya sangat relevan dalam kehidupannya. Itu bukan merupakan materi yang melekat dalam mengkode formal logic dan kepercayaan.
Asumsi yang keempat membentuk inti persoalan dari datangnya narrative. Ini menyatakan bahwa orang-orang percaya pada cerita-ceritasejauh cerita-cerita tersebut dilihat sebagai konsistensi internal dan penuh kebenaran. Kita akan mendiskusikan lebih lanjut dalam sesi selanjutnya ketika kita menjelaskan konsep dari narrative rationality.
Akhirnya perspective Fisher didasarkan pada asumsi bahwa dunia disusun dari cerita-cerita dan kita memilih salah satu diantaranya, kita mengalami kehidupan yang berbeda-beda, yang membolehkan kita untuk menciptakan kembali hidup kita. Pilihan Miles untuk mendukung Jorge mungkin menyebabkan dia untuk memberikan cerita kehidupannya yang berbeda. Dia mungkin tidak melihat dirinya seperti seorang penyendiri. Dia mungkin merubah pengertian tindakan politik yang didasarkan pada pilihannya untuk cerita Jorge.Kamu dapat melihat bagaimana narrative paradigm bertentangan dengan Paradigma dunia rasional, dimana cenderung untuk melihat dunia seperti less transient dan perubahan.untuk menemukan kebenaran dengan analisis rasional. bukan menggunakan emosional respon narrative logic dalam memaksakan cerita-cerita.
Key Conccepts In the Narative Approach
Menyusuri dari narative paradigm membawa kita kepada sebuah pemikiran dari beberapa konsep utama yang membentuk inti dari kerangka pekerjaan teoretis: Narasi, rasional cerita, dan logika dari alasan-alasan yang baik.
Narration
Narration sering dianggap hanya sebagai sebuah narasi tetapi untuk Fisher narasi adalah lebih dari sekedar sebuah cerita, dengan bagian awal, tengah dan akhir. Dalam sudut pandang Fisher, narration mencangkup perhitungan verbal atau non verbal dengan rangkaian dari peristiwa-peristiwa dimana pendengar menempatkan sebuah makna. Khususnya Fisher menyatakan “Ketika saya menggunakan ‘narration’ saya tidak bermaksud komposisi fiktif yang mungkin benar atau salah yang mempunyai hubungan yang tidak perlu untuk pesan dari komposisi itu. Dengan ‘narration’, maksud saya tindakan-tindakan simbolik, kata-kata atau perbuatan, yang mempunyai rangkaian dan makna untuk mereka yang hidup, menciptakan, atau menafsirkannya”.
Hal ini tentunya Fisher menunjuk: Semua komunikasi adalah narrative (cerita). Dia beragumen bahwa narrative bukanlah gender tertentu tetapi lebih kepada cara dari pengaruh sosial.
Narrative Rationality
Narrative rationality adalah sebuah standar untuk menilai cerita – cerita mana untuk dipercaya dan cerita mana untuk dibuang. Hal ini agak berbeda dari metode tradisional yang ditemukan didalam paradigma dunia rasional. Narrative rationality berbeda dengan traditional logic (logika tradisional) yang mengoperasikan dalam dasar dari dua prinsip yang berbeda: hubungan dan kebenaran.
Coherence (masuk akal, konsisten)
Prinsip dari coherence adalah standar yang penting untuk menilai narrative rationality, yang pada akhirnya akan menentukan apakah seseorang akan menerima atau tidak cerita tertentu.
Coherence adalah prinsip dari narrative rationality yang menilai ketetapan internal dari sebuah cerita. Cerita mempunyai konsistensi ketika semua bagian dari cerita disajikan; kita tidak merasa bahwa sang pencerita telah meninggalkan poin penting atau unsur yang disangkal dalam sebuah cerita dalam cara apapun. Coherence adalah standar dari kemasuk akalan yang digunakan dalam cerita yang diberikan. Kemasuk akalan ini biasanya diraih ketika karakter didalam sebuah cerita bertingkah laku secara konsisten.
Coherence sering diukur oleh keorganisasian dan susunan unsur cerita.Ketika si pencerita melewati dan meninggalkan informasi penting, menginterupsi aliran cerita untuk menambahkan unsur yang terlupakan pada awalnya, dan secara umum tidak lancar dalam menyusun cerita, pendengar dapat menolak cerita untuk tidak memiliki coherence.
STRUCTURAL COHERENCE (susunan yang masuk akal)
Jenis konsistensi yang Fisher sebut sebagai structural coherence terhenti pada tingkatan dimana unsur-unsur dalam cerita mengalir dengan lancar. Ketika cerita membingungkan, atau ketika satu bagian tidak terlihat berkesinambungan dengan bagian selanjutnya atau ketika jalan cerita tidak jelas, maka cerita itu susunannya kurang masuk akal.
MATERIAL COHERENCE
Material coherence adalah sebuah tingkatan dari kesesuaian antara cerita satu dengan yang lainnya yang terlihat berhubungan dengannya.
CHARACTEROLOGICAL COHERENCE
Characterological coherence adalah karakter-karakter didalam cerita yang dapat dipercaya. Fidelity (kebenaran) adalah cerita yang penuh dengan kebenaran atau dapat dipercaya. Cerita dengan kebenaran terdengar benar kepada pendengar. Fisher mencatat bahwa ketika unsur-unsur dari sebuah cerita “menggambarkan pernyataan yang tegas tentang realita sosial”, cerita itu mempunyai kebenaran.
THE LOGIC OF GOOD REASONS.
Berhubungan dengan ide Fisher tentang kebenaran adalah metode utama yang dia ajukan untuk menilai kebenaran cerita: logika dari alasan-alasan yang baik. Fisher menegaskan bahwa ketika cerita mempunyai kebenaran, cerita-cerita itu menyatakan alasan-alasan yang baik untuk seseorang memegang kepercayaan tertentu atau untuk mengambil tindakan.
Jadi, logika untuk narrative paradigm memampukan seseorang untuk memutuskan harga dari sebuah cerita.
Logika dari good reasons menggambarkan seorang pendengar dengan serangkaian dari nilai-nilai yang menarik untuk nya dan membentuk tuntutan untuk menerima atau menolak nasihat oleh bentuk apapun dari cerita.
Hal ini tidak bermaksud bahwa alasan yang baik apapun adalah sama dengan yang lainnya; hal itu hanya mempunyai maksud bahwa apapun yang mendorong seseorang untuk percaya, sebuah cerita dibatasi kepada sebuah nilai atau gambaran apa yang baik.
Sebagaimana Fisher jelaskan, logika ini adalah sebuah proses yang terdiri dari dua seri dari lima pertanyaan pertama yang pendengar tanyakan tentang sebuah cerita. Lima pertanyaan pertama itu adalah sebagai berikut:
  1. Apakah pernyataan di dalam cerita yang dinyatakan faktual benar-benar faktual?
  2. Apakah ada fakta-fakta relevan telah dihilangkan dari cerita atau dirubah dalam penceritaannya?
  3. Pola-pola apakah dari pertimbangan yang ada didalam cerita?
  4. Serelevan apakah argumen-argumen didalam cerita kepada keputusan apapun yang dapat dibuat oleh pendengar?
  5. Sebagus apakah cerita itu mengarahkan topik pembicaraan yang penting dalam kasus ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan sebuah logika dari alasan-alasan. Untuk mengubah hal ini kepada sebuah logika dari alasan-alasan yang bagus, ada lima pertanyaan lagi yang memperkenalkan nilai dari konsep kepada proses dari penilaian pengetahuan praktis. Pertanyaan-pertanyaan adalah sebagai berikut:
  1. Apakah nilai implisit dan eksplisit yang terkandung dalam cerita?
  2. Apakah nilai-nilai itu sesuai dengan keputusan yang relevan dengan cerita?
  3. Apakah yang akan menjadi efek dari menganut nilai-nilai yang ditanamkan dalam cerita?
  4. Apakah nilai-nilai itu berlaku dalam pengalaman hidup?
  5. Apakah nilai-nilai dari cerita adalah dasar dari tingkah laku manusia yang ideal?
Sebagaimana Narrative Paradigm prediksi, cerita yang diceritakan dengan baik- terdiri dari narrative rationality (cerita yang rasional)- adalah lebih meyakinkan untuk pembaca daripada kesaksian ahli yang menyangkal ketepatan faktual dari cerita.

Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/11/narrative-paradigm/#more-post-1325

Tidak ada komentar:

Posting Komentar