Selasa, 21 Februari 2012

Spiral of Silence Theory

Teori Spiral Keheningan ( Berdasarkan penelitian Elisabeth Noelle – Nueman)

Carol Johansen
Tiap pagi, carol johansen menghadiri acara makan pagi kaum lanjut usia di pusat lanjut usia lokal. Sebenarnya ia bisa makan pagi di restoran, tetapi ia pergi ke pusat tersebut karena ia menyukai teman – temannya. Di sana ia bertemu dengan berbagai macam karakter, termasuk Earl, seorang veteran Perang Dunia I yang menyanyikan lagu – lagu Broadway; Nancy , seorang mantan perawat yang menceritakan banyak cerita menarik mengenai mantan pasiennya; dan Nick, seorang penangkap lobster yang merupakan pembaca surat kabar yang setia. Sarapan pagi ini menarik karena percakapan mereka segera membahas mengenai artikel surat kabar tentang memukul anak.
Nick membaca artikel tersebut kepada seluruh kelompok, dan setelah ia selesai, ia mengemukakan pendapatnya mengenai topik tersebut: ” Aku setuju dengan penulis ini. Aku tek melihat sesuatu yang salah mengenai memukul anak. Coba lihat survei di surat kabar ini. Lebih dari 60 persen orang dari negara bagian ini percaya bahwa tidak masalah memukul anak, tetapi hanya 40 persen dari seluruh negara yang berfikir bahwa ini bukan masalah. Sekarang, kita sama sekali tak bisa memukul anak. Mereka akan menuntutmu, atau akan ada seorang pekerja sosial yang datang ke rumahmu dan mengambil anakmu. Ini tidak benar.”
“Aku setuju,” kata Nancy. “Kalau saja kalian tahu anak tetanggaku yang berusia hampir 8 tahun, ia anak yang sangat-sangat bandel. Tetapi ibunya sama sekali tak mau menyentuhnya! Aku tak mengerti. Kalau saja dia itu anakku, aku tidak akan keberatan memukulnya! Ayah dan ibu anak itu tidak mau memberikan ‘kesan yang keliru’ pada anak itu dan jadinya ia sering kali bebas melakukan kenakalnnya.”
Earl menjadi semakin tertarik dengan pembicaraan itu ketika Nancy berbicar. Seperti yang lain, Earl memiliki pendapat yang sangat kuat mengenai topik tersebut; “Coba. Berap banyak orang di meja ini yang di pukul ketika masih kecil?”. Dan berapa dari kalian yang merasa bahwa kalian adalah orang yang suka melakukan kekerasan.” Tak ada tanggapan . “Nah. Itu masalahanya. Sekarang orang mengatakan bahwa jika kita memukul anak kita, mak aanak kita akan menjadi orang yang suka melakukan kekerasan. Tapi lihat kita semua. Kita tidak begitu. Kita tidak melukai siapa pun. Ini semua terlalu berlebihan, dan banyak orang tua tidak memiliki hak lagi.”
Carol terus menatap salah satu surat kabar Nick. Ia, seperti lainnya memiliki pendapat mengenai topik itu. Tetapi pemikirannya berbeda dengan yang lainnya. Ia tidak setuju dengan memukul anak sama sekali. Ia telah di pukul, sama seperti temannya yang lain, tetapi ayahnya tidak tahu kapan harus berhenti. Carol sering kali disiksa secara fisik. Ia berfikir mengenai orang tua yang tidak bisa berhenti setelah memukul satu kali. Ia juga berfikir apa yang dapat dicapai dengan memukul anak. Anak – anak harus di ajarkan apa yang benar dan salah, menurutnya, tanpa harus dipukul.
“Hei, Carol,” Nick memotong, ” kamu diam sekali hari ini. Bagaimana menurutmu tentang semua ini?”
Carol berfikir sejenak. Haruskah ia tidak sepakat dengan semua temannya? Bagimana dengan semua orang di masyarakat yang juga setuju dengan hal ini? Carol mengingat kembali sebuah acara berita mengenai topik ini seminggu lalu, dan reporternya telah mewawancara beberapa anak dewasa yang pernah di pukul, dan yang merasa bahwa memukul adalah satu – satunya cara yang di gunakan utnuk mendisiplinkan mereka selama masa kecil mereka. Ia tahu bahwa dirinnya tidak sepakat dengan semua teman makan paginya, tetpi bagaimana ia dapat mulai menjelaskan semua pemikirannya? Mereka tidak akan mengerti . Mungkin lebih baik ikut dena arus saja, pikiranya.
“Oh, aku tidak tauh. memang ada anak yang membutuhkan ‘perhatian lebih’. Tetapi terkadang orang tua bisa mnjadi terlalu marah.”
“Ayolah Carol,” Nanci memotong, “Kamu tak bisa setuju dengan dua hal sekaligus. Ada banyak…”
” Yah, kurasa aku setuju dengan hal itu. Aku hanya berharap bahwa itu tidak dilakukan terlalu sering keapda anak.”
Ketika seorang sukarelawan di tempat sarapan itu datang untuk menuangkan kopi, percakapan deng acepat bergeser pada berita yang lainnya. Diam – diam Caro berfikir mengenai mengapa iat elah mendukung pemikiran kelompiknya. Ia tidak ingin sendirian dalam berpendapat, dan ia juga tidak mau menceritakan cerita masa lalunya yang personal dan mengerikan. Ketika Nick mulai berbicara mengenai pertemua dewan kota malam sebelumnya, Carol bertanya – tanya apakah ia akan pernah bisa mengemukakan pendapatnya mengenai tpik itu lagi.

Opini yang kita miliki mengenai peristiwa, orang, dan topik berubah secara periodik dalam kehidupan kita. pikiran, misalnya, opini Anda mengenai berkencan ketia Anda berusia 15 tahun dan opini Anda mengenai berkencan saat ini. Atau coba pikirkan opini yang Anda miliki terhadap orang tua. Anda semasa kanak – kanak dan yang anda miliki kini. Bahkan pendapat anda mengenai topik yang beragam–termasuk hubungan seks di luar nikah dan cara membesarkan anak–mungkin telah berevolusi sejalan dengan tahun-tahun yang telah Anda lalui. Opini kita bukanlah sesuatu yang bersifat statis dan sering kali berubah sejalan dengan waktu. Salah satu pengaruh penting pada pendapat kita adalah media. Media telah membantu membentuk siapa kita saat ini. Sering kali, pengaruh kita adalah media. Media telah membantu membentuk siapa kita saat ini. Sering kali, pengaruh ini tidak kentara; dan pada kesempatan lainnya pengaruh itu lebih nyata. Pengaruh media terhadap opini publik adalah apa yang dipelajari oleh Elizabeth Noelle-Neumann, yang dapat di lacak kembali hingga pada tahun 1930-an dan 1940-an. Tetapi , ia mengonseptualisasikan Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory) pada awal 1070-an.
Noelle-Nuemann berfokus pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan oponi mereka mengenai topik-topik yang telah didefinisikan oleh media bagi publiknya. Teori Spiral Keheningan menyatakan bahwa orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang minoritas mengenai isu-isu publik akan tetap berada di latar belakang di mana komunikasi akan di batasi ; mereka yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang mayoritas akan lebih terdorong untuk membuka suara. Noelle-Neumann (1983) menyatakan bahwa media akan berfokus lebih ke pandangan mayoritas, dan meremehkan pandangan minoritas. Mereka yang minoritas akan menjadi lebih tidak asertif dalam mengkomunikasikan oponi mereka, dan karenanya menyebabkan munculnya sebuah spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Hal yang menarik, mereka yang berada di dalam kaum mayoritas akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan dapat menjadi semakin berani dalam komunikasi mereka. Sebagai akibatnya, media akan melaporkan opini dan kegiatan mereka.
Pandangan minoritas dari Carol Johansen dan perilaku dari teman-teman sarapannya menggarisbawahi inti dari Teori Spiral Keheningan. Mendengarkan opini koleganya mengenai memukul, Carol merasa bahwa ia sendirian dalam berfikir bahwa memukul itu salah. Teori ini Menyatakan bahwa Carol di pengaruhi oleh pelaporan media bahwa 60 persen dari warga negara bagian itu mendukung memukul anak untuk mendisiplinkan mereka dan juga oleh ingatannya sendiri mengenai sebuah berita televisi yang menyatakan keuntungan memukul anak dengan menghadirkan anak-anak yang telah dewasa dan pernah di pukul semasa kecil. Carol menganggap pandangannya sebagai pandangan minoritas dan sebagai akibatnya ia makin sedikit berbicara. Sebaliknya, mereka yang setuju dengan memukul sebagai cara mendisiplinkan anak ( Nick, Nancy, dan Earl) tanpa diragukan telah terinspirasi oleh respons survei negara bagian; hal ini mendorong komunikasi yang lebih asertif lagi dari mereka.

Sekilas Teori-teori Spiral Keheningan Karena kekuasaanya yang begitu besar, media memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media massa bekerja secara berkesinambungan dengan menyuarakan opini mayorits untuk membungkam opini minoritas khususnya mengenai isu-isu budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang memiliki pandangan minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain. Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun begitu, individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan pendapat mereka melalui kegiatan aktivisme.
Perbedaan antara pandangan mayoritas dan minorits ini di pusat lansia diklarifikasikan lebih jauh oleh Noelle-Neumann (1991). Ia Percaya bahwa mereka yang berbeda dalam kelompok mayoritas memiliki kepercayaan diri untuk menyuarakan pendapat mereka. Mereka akan menunjukkan keyakinan mereka dengan memaki kancing, memasang stiker mobil, dan mencetak pendapat mereka pada pakaian ayng mereka kenakan. Pemegang pendapat minoritas biasanya berhati-hati dan diam, yang memperkuat persepsi publik mengenai kelemahan mereka. Nick, Nancy dan Earl jelas terlihat sangat yakin akan pendapat mereka, sementara Carol menunjukkan sikap lemah karena ia kurang asertif dalam mengekspresikan opininya.
Teori Spiral Keheningan secara unik menyilangkan opini publik dan media. Untuk lebih memahami perbatasan ini, pertama-tama akan diuraikan pemikiran mengenai opini publik, komponen utama dari teori ini. Kemudian tiga asumsi dari teori ini akan dibahas.
Mimbar Opini Publik
Sebagai seorang peneliti, Noelle-Neumann tertarik dalam mengklarifikasi istilah-istilah yang mungkin dapat memiliki banyak makna. Istilah yang terletak pada inti dari Teori Spiral Keheningan adalah istilah yang secara umum diterima tetapi menurutnya sering kali disalahartikan: opini publik. Sebagai pendiri dan direktur Allensbach Institute, sebuah lembaga jajak pendapat di Jerman, Noelle-Nuemann berpendapat bahwa interprestasi mengenai opini publik sering keliru. Bahkan, walaupun ia mengidentifikasi lebih dari lima puluh definisi istilah ini semenjak teori ini di cetuskan, tak ada satu definisi pun yang dapat membuatnya puas.
Dalam Bukunya yang diberi judul secara provokatif, The Spiral of Silence: Public Opinion Our Social Skin ( Spiral Keheningan: Opini Publik- kulit sosial kita). Noelle Nuemann (1984 -1983) memisahkan opini publik menjadi dua istilah yang terpisah: opini dan publik. Ia melihat bahwa tiga makna dari public. Pertama, terdapat asosiasi hukum dengan istilah ini. Publik mengisyaratkan keterbukaan bagi semua orang, seperti dalam “tanah publik” atau “wilayah publik”. Kedua, publik berkaitan dengan konsep yang berhubungan dengan isu-isu atau orang, seperti di dalam “tanggung jawab publik para jurnalis.” Terakhir, publik mewakili sisi sosial-psikologis dari manusia. Yaitu, orang tidak hanya berfikir di dalam dirinya saja, tetapi juga berfikir mengenai hubungan mereka dengan orang lain. Frase “tatapan publi” sangat relevan di sini. Noelle-Nuemann menyimpulkan bahwa individu-individu mengetahui apakah mereka terpapar atau terlindung dari tatapan publik, dan mereka menyesuaikan diri berdasarkan hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sisi sosial psikologis dari publik telah di abaikan dalam interprestasi-interprestasi sebelumnya mengenai opini publik, tetapi” ini adalah makna yang dirasakan oleh orang pada kulit sosial mereka yang sensitif ” (1993, hal. 62).
Opini (opinion) adalah ekspresi dari suatu sikap . Opini dapat bervariasi baik dalam hal intensitas dan stabilitas. Dengan melihat pada interprestasi awal dalam bahasa Perancis dan bahas Inggris dari opini, Noelle-Nuemann menyatakan bahwa opini adalah tingkat persetujuan dan populasi tertentu. Dalam proses spiral keheningan, opini sama artinya dengan sesuatu yang dianggap berterima.
Menggabungkan kesemua hal ini, Noelle-Nuemann mendefinisikan opini publik( Public Opinion) sebagai ” sikap atau perilaku yang harus di eskpresiakan seseorang di depan publik jika ia  tidak ingin menyebabkan dirinya terisolasi; dalam area-area kontroversi atau perubahan, opini publik adalah sikap yang dapat diekspresikan tanpa harus memunculkan bahaya akan ioslasi terhadap dirinya” (hal.178). Jadi, bagi Carol Johansen, opininya mengenai memukul anak tidak akan di anggap dapat diterima oleh kelompokmakan paginya. Karena ia takut terisolasi dari komunitas pagi harinya, ia membungkam pendapatnya sendiri.
Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertenu. Sering kali, media menentukan subjek apa yang menarik bagi orang, dan media sering membuat suatu subjek menjadi kontroversial. Misalnya, obat Viagra, yang di gunakan untuk mengobati impotensi, dianggap sebagai keajaiban di dunia kedokteran hingga media menemukan bahwa biaya pembelian obat ini diganti oleh pemerintah sementara kontrasespsi untuk wanita tidak. Banyak media kemudian melaporkan bahwa praktik ini bersifat seksi (di Amerika Serikat, warga negara tidak perlu membayar biaya pengobatan tertentu karena telah ditanggung oleh pemerintah, penj.). Noelle-Neumann (1991) menyatakan bahw opini publik mungkin dipengaruhi oleh siapa yang mengakui atau tidak mengakui pandangan kita. Dalam tahun 2005, Kongres Amerika Serikat memberikan suara untuk membatalkan bantuan kesehatan Medicare dan Medicaid bagi mereka yang membeli Viagra. Opini Anda mengenai apakah Anda mendukung tindakan kongres ini akan sangat mungkin di bentuk oleh para pembicara dari kedua sisi isu ini dan juga oleh teman dan anggota keluarga. Spiral keheningan adalah respons dari pegeseran opini orang lain.
Asumsi Teori Spiral Keheningan

Dengan adanya opini public sebagai dasar dari teori ini, kita sekang akan mempelajari tiga asumsi dari Teori Spiral Keheningan. Noelle-Nuemann (1991:1993) telah membahas tiga pernyataan ini sebelumnya:
  • Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa.
  • Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini.
  • Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.
Asumsi yang pertama  menyatakan bahwa masyarakat memegang kekuasaan terhadap mereka yang tidak sepakat melalui ancaman akan isolasi. Noelle-Nuemann percaya bahwa struktur masyarakat kita bergantung sepenuhnya pada orang-orang yang secara bersama menentukan dan mendukung seperangkat nilai. Dan oponi publiklah yang menentukan apakah nilai-nilai ini diyakini secara sama di seluruh populasi. Ketika orang sepakat mengenai seperangkat nilai bersama, maka ketakuatan akan isolasi akan berkurang. Ketika terdapat perbedaan nilai, ketakutan akan isolasi muncul.
Seperti para teoritikus lainnya, Noelle-Neumann tertarik dengan kemungkinan pengujian dari asumsi ini. Lagipula, menurutnya, apakah para anggota masyarakat benar-benar merasa terancam dengan adanya isolasi? Bagaimana ini mungkin? Ia percaya bahwa jajak pendapat yang sederhana tidak dapat menjelaskan area ini (misalnya, seberapa banyak anda merasa takut akan isolasi?). Pertanyaan-pertanyaan semacam ini meminta para responden untuk berfikir terlalu abstrak, karena sangat mungkin bahwa hanya sedikit saja responden yang bahkan pernah memikirkan mengenai isolasi.
Noelle-Neumann menggunakan nilai-nilai penelitian dari Solomon Asch (1951), seorang  psikolog  sosial  di tahun1950-an. Asch mengadakan eksperimen laboratorium berikut ini lebih dari lima puluh kali dengan delapan hingga sepuluh subjek (peserta) penelitian:
Garis mana dari ketiga garis dibawah ini yang sama panjang dengan garis disebelah kiri ?
________                           1. _______
2. _______________
3. ________
Anda mungkin dengan cepat akan mengatakan bahwa garis nomor 3 sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Tetapi kelompok  subjek penelitian tidak sepakat dengan hal ini. Setelah berkeliling ruangan, para asisten peneliti (yang juga ikut menjadi partisipan dalam penelitian) semuanya menyebutkan bahwa garis nomor 1 adalah garis yang sama panjang dengan garis di sebelah kiri. Para subjek penelitian yang tidak curiga sama sekali mulai menyebut bahwa garis nomor 1 sebagai jawaban yang benar. Bahkan, Asch menemukan bahwa setelah beberapa kali, para subjek penelitian ini mulai menyebutkan jawaban yang salah itu sebagai jawaban yang benar. Asch percaya bahwa individu-individu sering kali merasa tekanan yang besar untuk sepakat dengan orang lain, walaupun orang lain mungkin saja tidak benar. Meminjam hal ini dari teori tersebut, terdapat ketakutan akan isolasi yang sangat nyata.
Elizabeth Blakeslee (2005) dari New York Times menyatakan bahwa kesimpulan penelitian Asch mengenai kesepakatan sosial masih ada hingga saat ini. Ia melaporkan implikasi dan mengikuti sebuah kelompok dalam berbagai bidang masyarakat, termasuk keputusan juri dalam pengadilan dan pemilihan umum. Ia menyatakan bahwa “ketidaknyamanan berdiri sendirian dapat membuat opini mayoritas tampak lebih menarik dibandingkan dengan berpegang pada keyakinan diri sendiri” (hal.D3).
Merespons kritik terhadap penelitian Asch-bahwa orang tidak benar – benar memiliki rasa takut akan isolasi melainkan hanya kekurangan rasa percaya diri mengenai penilaian mereka sendiri–Noelle Neumann melakukan uji ancaman akan isolasi yang lebih realistis. Ia yakin bahwa meminta subjek penelitian untuk menilai keyakinan moral atau estetika.

Source : http://komunikasi-indonesia.org/2009/05/teori-spiral-keheningan/#more-post-559

Tidak ada komentar:

Posting Komentar